Berikut ini adalah jenis-jenis puisi lama
a. Mantra, adalah puisi yang diresapi oleh kepercayaan akan dunia gaib. Irama bahasa sangat penting untuk menciptakan nuansa magis. Mantra timbul dari kepercayaan animisme pada setiap berbagai maksud orang-orang dulu membujuk roh-roh dengan mantra-mantra misalnya, pada waktu berburu rusa. Mereka mengucapkan mantra terlebih dahulu agar buruannya mudah ditangkap. Berikut petikan mantranya
Sirih lontar pinang lontar
Terletak diatas penjuru
Hantu buta, jembalang buta
Aku mengangkatkan jembalang rusa
b. Pantun, merupakan puisi yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. terdiri atas 4 baris
2. tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata
3. dua baris pertama disebut sampiran, dua baris kedua disebut isi pantun
4. pantun mementingkan rima akhir dengan pola / abab / bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua sama dengan bunyi baris keempat
Contoh:
Sikap sonohong
Gelana ikan duri
Bercakap bohong
Lama-lama mencuri
Gunung daik timang-timang
Tempat kera berulang ali
Budi yang baik kenang-kenangan
Budi yang jahat buang sekali
c. Pantun berkait (seloka), pantun berkait adalah pantun yang terdiri atas beberapa bait yang satu dengan yang lainnya sambung-menyambung. Baris kedua dan keempat dari bait pertama dipakai kembali pada baris pertama dari baris ketiga pada bait kedua dan ketiga, ketiga dan keempat, dan seterusnya.
Contoh:
Sarang garuda di pohon beringin
Buah kamuning didalam puan
Sepucuk surat dilayangkan angin
Putih kuning sambutlah tuan
Buah kemuning didalam puan
Dibawa dari indra giri
Putuh kuning sambutlah tuan
Sambutlah dengan si tangan kiri
Dibawa dari indra giri
Kabu-kabu dalam perahu
Sambutlah dengan si tangan kiri
Seorang makhluk janganlah tahu
d. Talibun, adalah pantun yang susunannya terdiri atas enam, delapan, atau sepuluh baris. Pembagian baitnya sama dengan pantun biasa, yakni terdiri atas sampiran dan isi. Jika talibun itu enam baris, maka tiga baris pertama merupakan sampiran, dan tiga baris berikutnya merupakan isi.
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari
Induk semang cari dahulu
e. Pantun kilat, atau karmina adalah pantun yang terdiri atas dua baris, baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua disebut isi.
Contoh:
Gendang gendut, tali kecapi
Kenyang perut, senanglah hati
Pinggan tak retak, nasi tak dingin
Tuang tak hendak, kami ta ingin
Sudah gaharu, cendana pula
Sudah tahu, bertanya pula
f. Gurindam, atau sajak peribahasa merupakan puisi yang bercirikan sebagai berikut:
1. terdiri dari dua baris
2. rumus rima akhirnya / aa /
3. baris pertama merupakan syarat, baris kedua merupakan akibat dari yang disebutkan pada baris pertama
4. berisikan ajaran, budi pekerti, atau nasihat keagamaan
Gurindam yang terkanal adalah kumpulan gurindam karangan pujangga melayu klasik Raja Ali Haji dengan namanya, "Gurindam dua belas" Gurindam tersebut terdiri atas dua belas pasal dan berisi kurang lebih 64 buah gurindam.
Contoh:
Barang siapa meninggalkan zakat
Tiadalah artinya boleh berkat
Barang siapa berbuat fitnah
Ibarat dirinya menantang panah
G. Syair, merupakan bentuk puisi klasik yang merupakan pengaruh kebudayaan arab. Syair memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. terdiri atas 4 baris
2. tiap baris terdiri 8 sampai 10 suku kata
3. tidak memiliki sampiran, semuanya merupakan isi
4. berima akhir a-a-a-a
Contoh:
Diriku lemah anggota ku layu
Rasakan cinta bertalu-talu
Kalau begini datangnya selalu
Tentulah kakanda berpulang dahulu
Bahasa Indonesia (X.1)
Kamis,
27 November 2008.
0 komentar:
Post a Comment