In RESENSI BUKU

Jawaban itu Ada di Antara Hati dan Masa Lalu


Judul Buku   : Pergi
Pengarang    : Tere Liye
Penerbit        : Republika Penerbit
Tahun Terbit : 2018
Tebal Buku   : iv + 455 Halaman
Nomor Edisi : ISBN 978-602-5734-05-2
Harga            : Rp 79.000,00.

"Sebuah kisah tentang menemukan tujuan,
kemana hendak pergi,
melalui kenangan
demi kenangan masa lalu,
pertarungan hidup-mati,
untuk memutuskan 
kemana langkah kaki
akan dibawa.
Pergi."


Tere Liye, selain tulisan-tulisan yang selalu memberi kejutan di setiap bukunya, sepenggal bait sinopsis yang ditulis dengan manis seperti diatas mampu membuat pikiran hanyut, siapa sangka novel ini merupakan kelanjutan dari novel yang berjudul "Pulang". Kembali menceritakan kisah Bujang yang ternyata belum selesai.

Perjalanan Bujang menjadi Tauke Besar menggantikan Tauke Besar lama, berhadapan dengan Master Dragon, pemimpin tertinggi dari 8 keluarga penguasa shadow economy. Di pertengahan jalan, Bujang kembali atas panggilan penting dan mendesak. Selain Salonga, Bujang meminta White juga si Kembar Yuki dan Kiko untuk membantu. Salah satu riset teknologi yang didanai oleh Keluarga Tong telah dicuri oleh kelompok mafia lain dengan seenaknya. Teknologi itu penting sekali, selain untuk mendeteksi serangan siber, teknologi itu mampu melindungi rekening uang haram mereka, terlebih benda itu siap untuk diuji coba. Dan jatuh ke tangan orang yang tidak dikenal dan tidak memperlihatkan wajahnya saat di Meksiko, "Ada yang mengajak Bujang bertarung satu lawan satu dengan tangan kosong."  Itu gila. Siapa sosok misterius itu? Bahkan sebelum dia pergi dengan keberhasilannya melawan Bujang, dia memanggil Bujang dengan "Hermanito".  Yang artinya my little brother. Sosok misterius yang membawa karakter baru.

Tak hanya sarat akan makna, novel ini juga mengajarkan akan kebaikan-kebaikan, seperti etika dalam berbicara dengan orangtua serta dalam perkara ibadah dari segi agama manapun,
"Kamu harus lebih sering shalat, Agam. Itu perintah agama. Bahkan tiang agama."
"Aku setuju, Po Imam." Salonga ikut berbicara, "Aku sendiri tidak pernah alfa setiap minggu menghadiri misa di Gereja Tondo. Itu penting untuk membuat jalan hidup kita lurus. Tersambung dengan kuasa Tuhan." 
Shalat. Terlepas dari apakah seseorang itu pendusta, pembunuh, penjahat, dia tetap harus shalat, kewajiban itu tidak luntur. Maka semoga entah di shalat yang ke-berapa, dia akhirnya benar-benar berubah. Karena di dunia shadow economy, batas antara orang lurus dan jahat tidak ada.

Pertarungan demi pertarungan terjadi entah atas dasar apa mereka melakukannya, tak ayal novel ini sering mengajak kita kembali ke masa lalu untuk sebuah jawaban, pertarungan yang tak melulu soal bayaran. Masa lalu yang terus menghantui tapi tidak menyurutkan untuk saling membantu. Ikut berdukacita meski semestinya marah. Pengkhianatan yang bukan sekedar ambisi diri sendiri. Menemukan cerita seorang bandit besar yang nyatanya bukan seorang pembohong. Catatan hidup yang belum selesai. Kisah cinta yang sebenarnya tidak pernah ada rahasia. Dimana urusan pernikahan, perasaan, cinta, kebencian, tidak sesederhana yang dilihat. Dan fakta baru yang menyemai bibit kebencian baru.

Selain hadirnya tokoh baru, kali ini Tere Liye menyisipkan "bintang tamu" yaitu Thomas yang merupakan pemeran utama dalam novel "Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk". Menguras emosi, karena hampir di semua novel yang ditulis ada tokoh yang mati. Rambang yang juga merupakan tokoh baru, hidupnya tidak lebih dari 3 jam saat bersama Bujang, mati untuk melindunginya. Bagi Tere Liye, hal itu karena kematian adalah sesuatu yang memang pasti akan terjadi.

Novel yang masih ber-genre action ini tidak kalah seru dengan novel "Pulang" karena cerita baru yang berbeda. Bersama Republika Penerbit, Tere Liye lagi lagi mampu membuat penasaran meski cerita telah diakhiri dengan "tamat", pembaca akan merasa seolah masih ada kelanjutan ceritanya. Dengan cover buku yang menawan, Ke mana kita akan pergi? setelah tahu definisi pulang. Siapa yang bisa menebak, apakah langit senja yang sembilu atau kota yang dituju.


Siti Munawaroh,
Depok.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

Aku (Simu)

My photo
: Tuang kata, ukir makna, pena menari, acak akal, kaya-karya.

Comments