In

Penyakit itu bernama Abses….




Assalamualaikum warahmatullahi wabarakattuh…..
Sahabat setia pembaca blogger, lama sekali tak melenturkan jemari, membagi sedikit cerita disini, lihat saja tahun 2014 ini aku belum mempost satu pun cerita. Dan ini akan menjadi post pertama di tahun 2014 ini. Aku akan bercerita tentang penyakit yang aku derita akhir tahun lalu, aku akan mengucapkan banyak terimakasih atas semua yang terjadi saat aku sakit.
Penyakit itu bernama Abses…..

November 2013, entah aku lupa itu tepatnya tanggal berapa…. Sebelumnya aku merasa gatal dengan leher bagian belakang (sebut saja kuduk) terus menggaruk, pagi saat aku bangun mulai terasa sakit yang diiringi dengan rasa gatal. Aku tersadar, berusaha untuk tidak menggaruk tapi tangan ini tetap menempel, menekan-nekan bagian itu. Ini terjadi berhari-hari, semakin sakit. Aku kira ini hanya salah bantal, perlahan….. muncul sedikit benjolan, aku berusaha tenang, sekitar seminggu aku baru memberitahu Mamah dengan benjolan ini, respon Mamah hanya “itu kaya gondokkan”. Aku mengambil inisiatif, mensearching apa yang memang harus ku ketahui. Mencoba mengobatinya dengan mengompres dengan air hangat. Kompresan ini setidaknya mengurangi rasa nyeri. Dua minggu, aku memberanikan diri untuk bilang ke Ayah, respon Ayah jauh lebih kaget. Dan keesokkan harinya, aku ingat waktu itu tanggal 26 November 2013 pergi ke puskesmas. Antrian yang cukup panjang sekali, disela-sela rasa nyeri luar biasa ini aku berharap masih keburu untuk mengejar 1 mata kuliah, sementara 1 mata kuliah pagi terpaska harus absen. Tiba giliranku untuk menduduki bangku dihadapan dokter, dokter bertanya tentang keluhan hingga aku disuruh menunjukkan benjolan ini karena tertutup dengan jilbab ku. Dokter diam sejenak, berfikir, ingin mengatakan sesuatu…. tetapi yang keluar dari bibirnya hanya “ini namanya abses, jangan mandi dulu karena ini gak boleh basah, kalo keringetan dilap pelan-pelan, jangan sering-sering megang benjolannya. Saya kasih resep, nanti diminum obatnya, 2 atau 3 hari datang kesini lagi, kalo benjolan sudah lunak kita akan ambil tindakkan lebih lanjut, entah itu saya sendiri yang menangani atau rujukan ke rumah sakit besar.” 

Abses, kata itu baru aku dengar, kebanyakkan teman dan tetangga bilang kalo ini kelenjar getah bening bahkan hanya bisul biasa. Tapi setidaknya aku lega atas ucapan dokter itu. Menuruti apa yang dokter suruh, mensearching kembali penyakit ini.  Dan aku beruntung bisa mengejar waktu untuk ke kampus. Sepulang kampus, aku menyempatkan sebentar untuk ke Mall Cijantung bersama Sahabat ku Nida juga Inas. Rasa nyeri ini memang tidak bisa ditahan, rasanya ingin selalu bersenderan. Tapi lagi memang lagi, jalan hari ini terganggu dengan sakit yang luar biasa. Mereka sudah berusaha mencoba menarik perhatianku untuk sejenak mengalihkan dari rasa sakit ini dengan canda. Membuat ku nyaman dengan ice cream kesukaanku.  Tak bisa di pungkiri ini memang semakin sakit, terasa benjolan ini mau pecah….  Hingga memutuskan untuk pulang, dan terhalang oleh hujan, kita bertiga mencari tempat duduk, satpam berbaik hati melihat aku yang terus bersender dengan Nida, sibuk bertanya dan ingin dibelikan obat oleh satpam-satpam itu. hanya itu yang aku berusaha dengar, sakit ini membuat aku malas mendengar sekitar apalagi menjawab pertanyaan. Hujan mereda, masih gerimis tapi aku sudah tidak tahan, dan kita pun pulang.  Ini beberapa foto, muka yang penuh dengan menahan rasa nyeri yang luar biasa ini dan sedikit pucat, aku terlihat cantik :D


Sampai rumah, aku tak kuasa…. Air mata ini menetes. Ya rasa sakit ini membiarkan aku menangis sejadinya. Berusaha untuk membawa nya tidur, tidak bisa…. Hingga ketika pagi datang, aku mencoba bertanya pada sahabat ku Hilda, mengirim foto  benjolanku via whattsapp, dia terlebih-lebih lagi kaget, bilang akan langsung ke rumah. Aku ingat, dia sempat bilang Mamah-nya khawatir, kenapa ngasih kabar ketika keadaan ku seperti ini. Disini aku merasa salah, aku cukup tahu diri, hmm…

Datang bersama Januar dengan membawa obat herbal, aku yang masih menangis tidak malu bahkan, hanya bertumpu pada tangan yang aku letakkan dimeja dan menyederkan kepala diatas tangan ku., Hilda sibuk merebus air daun sirsak, membuat ramuan untuk leher ku. Semua yang dia buat terhidang, aku meminumnya dan dia melulurkan tumbukkan daun dan minyak yang telah dia bawa. Dia yang memang bawel sibuk bercerita tentang pengobatan herbal, bilang ke Ayah dan Mamah. Aku hanya diam, merasakan sensasi ramuan itu, sedikit mengurangi rasa sakit. Selang beberapa menit, aku diputuskan untuk pergi ke Rumah sakit Herbal di Sawangan tempat Januar bekerja. 

Selain ke Hilda aku juga mengirim whatsapp ke Mila, aku baru ingat orangtua Mila bekerja dibagian kesehatan. Respon Mila tak jauh berbeda, dia juga langsung menunjukan foto itu kepada orangtuanya, jika aku percaya bilang disuruh ke rumah biar orangtuanya melihat.

Dengan hasil dari Rumah obat herbal tadi yang katanya menyebutkan ini radang kelenjar getah bening, disuruh check darah di Rumah Sakit Khusus di Jakarta. Aku bimbang, minta saran ke Kakak, kakak bilang sebaiknya ke Dokter spesialis. Semakin bingung…..

Tapi keesokan harinya, tanggal 28 November aku memutuskan untuk pergi ke rumah Mila, disana aku ditangani oleh Bapaknya, konsultasi Tanya jawab tentang pengobatan ku sebelumnya di puskesmas kemarin dan di Rumah obat herbal, tentang ucapan dan obat apa saja yang telah diberikan. Dengan tanggap, Bapak Mila sempat kesal dengan sebuah perkataan “katanya ini kelenjar getah bening” nah loh kok katanya? Harusnya fakta, kalo mau mengobati tidak boleh main-main, tidak ada kata katanya atau kayaknya, seharusnya.

Setelah berbincang-bincang, Bapaknya Mila mencoba melihat keadaan leher ku yang masih terbalut ramuan daun dari Hilda kemarin, mencoba menekan sedikit, melihat isi dalam benjolan dengan suntikan, aku melihat sendiri hasil suntikan terdapat darah bercampur nanah sedikit, aku yang tadinya dengan posisi duduk disuruh berbaring di tempat tidur yang tersedia, tanpa bius tindakkan pembedahan dilakukan. Sakit, amat sakittt…. Ayah yang melihat dan duduk berusaha menenagkan, menyuruhku banyak-banyak beristigfar, menyebut nama Allah. Mila ada diruangan, membantu sang Ayah melakukan operasi dadakan, ini diluar dugaan ku, aku kira ini hari ini hanya sekedar melihat tetapi langsung diambil tindakkan.

Saat pembedahan berlangsung, aku sempat beberapa kali meraung kesakitan, tangan Mila kena imbas tangan ku, aku mencengkram tangan mila sekuat mungkin, rasa sakit ini membuat aku butuh pegangan. Harusnya tadi aku mengambil keputusan untuk di bius, tapi rasa sakit ini masih bisa tertahan…. Ingin pembedahan ini cepat selesai, aku yang ingat soal nanti banyak teman-teman sekelas mau jenguk, ingat Nida dan Magda ingin ke rumah ingin sekali cepat melewati ini, rasa keberadaan Nida yang seharusnya menemani ku, sempat kesal dengan isu dia tidak jadi ke rumah.

Aku lupa, pemedahan ini berjalan sekitar 1 atau 2 jam…. Isi leher ku darah, tercampur sedikit dengan nanah, penanganan ini harusnya dilakukan jauh-jauh hari, ini sudah cukup terlambat, ada bagian daging leher ku yang telah termakan nanah, berharap ini bisa diatasi dengan mengosumsi dengan makanan yang baik untuk sel-sel pertumbuhan kembalinya daging, benjolan yang cukup besar ini membuat lubang besar di leher ku, bahkan kasa satu bisa masuk kedalamnya, terasa sekali saat Bapaknya Mila membersihkan bagian dalam lubang, setidaknya atas pengeuaran isi yang mencapai segelas lebih darah ini membuat rasa sakit berkurang. 

Setelah itu, leher ini ditetesi dengan banyak betadine untuk mencegah kuman, untuk mengobati tentunya, dan ditutupi dengan kasa yang terplester rapi. Tentu saja luka ini belum boleh terkena air, aku harus rajin-rajin makan dengan teratur, makan dengan baik, dan rutin minum obat. Dua hari sekali aku harus kembali untuk check up dan pembersihan serta penggantian kasa baru. Benar, ini Abses…. Tapi entah abses apa ini jenisnya, bisul? Jelas bukan. Entahlah…. Diberi sembuh saja membuat aku bersyukur.
Sungguh, penyakit ini membuat aku banyak membaca…. Mengerti.

 
Setidaknya, ditulisan ini…. Aku ingin mengucapkan banyak rasa syukur kepada Allah, terimakasih kepada orangtua ku, kepada Sahabtku Nida, kepada Hilda, Mila terutama Bapaknya, dan seluruh teman-teman atas doa, dukungan, dan bantuan dalam pengobatan ini. Maaf jika luka ini membuat kaget kalian, maaf jika aku merepotkan. Terima kasih atas kepeduliannya :)  Terimakasih :)))


Semoga cerita ini dapat membuat pelajaran buat kalian yang membaca, Sesungguhnya sakit itu di beri oleh Allah karena (Sayang) atau karena (Hidayah, Memberi teguran) –Nya.

Ini beberapa foto saat pertama hingga akhir aku merasakan sembuh kembali, membawa ku kembali memasuki perkulihan kembali, Maaf jika tulisan ini kurang berkenan, serasa aku sadar atas tulisan ku.  Dan beberapa obat yang harus ku minum selama 3bulan.



















Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

Aku (Simu)

My photo
: Tuang kata, ukir makna, pena menari, acak akal, kaya-karya.

Comments