In CATATAN SEMASA PENDIDIKAN CERPEN
Mengungkapkan Topik Tertentu dari Hasil Membaca
Posted on Tuesday, November 29, 2022
Merangkum Pembicaraan dan Kegiatan Wawancara
Posted on Monday, November 28, 2022
Kompetensi dasar kelas XI Semester 1:
1.2 Merangkum isi pembicaraan dalam wawancara
Tujuan:
* Mencatat pokok-pokok isi wawancara
* Merangkum isi wawancara
Mencatat pokok-pokok isi wawancara
Mencatat isi pembicaraan dalam wawancara tertumpu pada pertanyaan dan jawaban dari pewawancara dan narasumber. Namun tidak setiap pertanyaan mengandung satu informasi, ada kalanya beberapa pertanyaan dan jawaban baru kita dapatkan informa.
Menyimak wawancara
Agar berhasil memperoleh informasi pada saat menyimak wawancara hindari hal berikut:
1. Mendengar sebagian-sebagian
2. Mengingat beberapa fakta saja
3. Emosional
4. Supersensitif
5. Apriori (menganggap sesuatu tak penting)
6. Mengkritik pembicaraan
7. Bersikap pura-pura
8. Menyerah pada gangguan
9. Mendengar sambil menulis
10. Tidak konsentrasi
Merangkum pembicaraan dalam wawancara
Laporan Menyimak Wawancara
Hari dan tanggal:
Nama TV / Radio:
Jam Tayang:
Topik Pembicaraan:
Narasumber:
Isi pokok wawancara:
Bahasa Indonesia (XI IPA 2)
Sabtu,
1 Agustus 2009
Latar belakang
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan bahaya rokok
2. Meningkatnya jumlah pengkonsumsi rokok
3. Kurang tegasnya pemerintah dalam pengawasan
4. Kurangnya kesadaran dalam hidup sehat
Kesehatan merupakan pola hidup utama yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sebenarnya mudah untuk dilakukan, namun kurangnya kesadaran dalam berlaku hidup sehat menjadikan ini semua berat untuk ditangani. Para anak-anak, remaja, maupun orang dewasa perlu perhatian dari orang lain untuk berlaku hidup sehat.
Belum lagi, lingkungan sekitar yang tak lagi berteman dengan kita, cuaca yang tak teratur sehingga membuat kesehatan terganggu. Udara yang sering terhirup tak lagi 100% bersih, disana-sini telah banyak pengkonsumsi rokok. Asap yang ditimbulkan perokok yang tak sengaja terhirup merupakan salah satu yang membuat kesehatan terganggu.
Tak lain kita bisa disebut sebagai perokok pasif, yang bisa menimbulkan bahaya tersendiri. Seharusnya pemerintah tegas dalam menegakkan hukum yang sesuai dengan undang-undang yang telah ditetapkan. Namun, kurangnya pengawasan dari pemerintah semakin merebaknya pengkonsumsi rokok. Padahal hal ini sangat merusak kesehatan, bahkan bisa menimbulkan kematian.
Masalah lainnya timbul karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan bahaya rokok. Terlebih orang yang tidak tahu bagaimana rasa dan nikmatnya rokok menerima dampaknya. Sangatlah penting hal ini untuk segera ditangani.
Latihan Bahasa Indonesia (X.1)
Sabtu,
14 November 2009.
Kompetensi dasar kelas XI Semester 1:
1.1 Menemukan pokok-pokok isi sambutan
Tujuan:
• Mencatat pokok-pokok isi berita
• Membuat inti sari sambutan
• Menyajikan kembali isi sambutan / khotbah
Pengungkapan lisan:
Berita (metode) naskah
Ceramah (metode) lisan
Sambutan (metode) impromtu
Khotbah (metode) ekstemporal
Sambutan / khotbah pada umumnya memiliki sistematika
1. Pendahuluan / pengantar (salam, sapaan, ucapan syukur, tema)
2. Isi
3. Penutup (harapan dan ajakan, ucapan terima kasih, salam penutup
Menentukan pokok-pokok isi sambutan
Menentukan pokok isi sambutan pada dasarnya sama dengan menentukan gagasan utama sebuah paragraf. Yaitu dengan cara membuang gagasan pendukung, mengambil gagasan utama.
Membuat intisari sambutan
Sambutan yang telah disampaikan pembicara dapat kita sajikan ke dalam bentuk yang lebih singkat yakni ringkasan, ikhtisar, dan skema.
Ringkasan adalah penyajian secara singkat, tetapi tetap mempertahankan urutan isi, sudut pandang, dan perbandingan secara proporsional.
Ikhtisar adalah penyajian secara singkat, namun tidak mempertahankan urutan isi, sudut pandang dan perbandingan karangan namun langsung pada inti masalah.
Skema adalah penyajian singkat dalam bentuk bagan / kerangka.
Langkah-langkah membuat intisari
1. Mendengarkan secara cermat untuk menangkap apa temanya!
2. Mendata gagasan utama
3. Menyajikan gagasan utama ke dalam kalimat tunggal
4. Membuat kerangka draft
5. Mulai membuat intisari
Bahasa Indonesia (XI IPA 2)
Sabtu,
25 Juli 2009.
Wawancara: suatu metode mengumpulkan data informasi yang dilakukan dengan cara menanyakan langsung informasi yang dibutuhkan kepada narasumber.
Stimulator: orang yang mewawancarai
Narasumber/responden/informan: orang yang diwawancarai
Langkah-langkah wawancara:
1. Menentukan topik permasalahan dan narasumber yang tepat
2. Menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan saat wawancara
3. Catatlah informasi-informasi dari narasumber dalam kata-kata kunci
4. Tulislah hasil wawancara dalam bentuk laporan atau karangan (harus objektif, tidak boleh menambah atau mengurangi hasil wawancara)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam wawancara
1. Pertanyaan haruslah singkat-singkat
a. Jangan mengemukakan pertanyaan panjang, lebar, dan meminta jawaban setuju atau tidak
b. Jangan mengajukan pertanyaan yang memerlukan yang panjang-panjang dan berlangsung tiada habis
2. Bila yang diwawancai menyeleweng ke soal lain, hendaknya bawalah ia kembali ke soal pokoknya
3. Jangan menyelak bila narasumber mengemukakan sesuatu
4. Jangan cerewet dan sok tahu
5. Jangan berlaku kasar / menjilat, apalagi melawan
6. Pertanyaan-pertanyaan hendaknya tegas yang akan menghasilkan jawaban-jawabann yang menarik
7. Mencari tahu apakah teks wawancara harus diperlihatkan terlebih dahulu atau tidak
8. Mencari tahu beberapa waktu yang disediakan narasumber
9. Bila membawa tape-recorder, jangan lupa minta izin untuk menggunakannya
10. Hindari masih juga mengutik-ngutik alat, apabila responden sudah siap
11. Tidak usah membuang waktu dengan basa basi
12. Tidak perlu terus menerus menjelaskan apa yang hendak ditanyakan
13. Tetap taati bila ada yang ditanyakan responden tidak untuk disiarkan (off the record)
Cara-cara hasil wawancara:
1. Dahului dengan sebagai intro singkat (kalimat pembuka yang dapat berdiri sendiri sebagai suatu sinopsis atau ikhtisar dari wawancara seluruhnya) dan kemudian melanjutkannya dengan teks seluruhnya.
2. Seperti suatu karangan hasil wawancara (terdapat kebebasan untuk menggambarkan orangnya, tempatnya dan suasananya diselingi dengan kutipan-kutipan langsung).
Tujuan Wawancara:
1. Untuk mendapatkan jawaban-jawaban atas masalah-masalah yang menarik untuk sekarang ini.
2. Untuk memperoleh pandangan dan ciri-ciri kepribadian seseorang yang sedang diberitakan.
Penggunaan kata sapaan dan acuan dalam wawancara
Kata acuan dan kata sapaan adalah kata yang diguanakn untuk menggantikan orang yang terlibat dalam komunikasi langsung dengan kata benda yang bertalian dengan status-status masing-masing.
Persamaan dan perbedaan kata acuan dan sapaan
a. Persamaan
Sama-sama menggunakan kata benda hanya fungsinya dalam kalimat berlainan.
b. Perbedaan
I. Acuan
a. Dipakai untuk orang I, II, dan kadang-kadang orang III
b. Menduduki semua fungsi dalam kalimat
Contoh:
- Bapak (saya) baru saja pulang dari kantor, kalu ada tamu jangan mengganggu bapak (=saya), ya!
- Ibu (engkau) mau kemana? boleh Nani (=saya) ikut?
- Tini (=saya) harus menyelesaikan karya tulis untuk Bambang
II. Kata Sapaan
1. Berfungsi sebagai sapaan yang terdiri sendiri
2. Digunakan untuk orang II
Contoh:
- Bagaimana keadaanmu, Tono?
- Saudara-saudara, sekarang kita akan memasuki acar kedua
- Dimana kita bisa mengadakan pertemuan sore ini, Tini?
Macam-macam pronomia personalia (kata ganti orang)
Orang I - Tunggal (aku, daku, ku-, -ku) - Jamak (kami, kita)
Orang II - Tunggal (engkau, kamu, kau-, -mu, anda) - Jamak (kamu, sekalian, anda sekalian)
Orang III - Tunggal (ia, dia, -nya, beliau) - Jamak (mereka)
Bahasa Indonesia (X.1)
Kamis,
5 Maret 2009.
Paragraf persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk membujuk pembaca / mengajak pembaca agar mau membuat sesuatu seperti kemauan penulis.
Tujuan: mempengaruhi pembaca untuk membuat sesuatu sesuai dengan keinginan pengarang.
Ciri-ciri karangan persuasi:
- Memberikan suatu keinginan, suatu konsep, dan mengajak pembacanya
- Mempengaruhi pembaca hingga pembaca mengikutinya
- Memberikan suatu keyakinan yang membutuhkan bukti yang kuat & berbentuk propaganda
- Tidak mengambil bentuk paksaan
- Dapat berupa penggambaran, penjelasan, pemberi alasan pembaca
Langkah-langkah menyusun karangan persuasi:
- Penetapan topik
- Menentukan tujuan
- Mengumpulkan bahan
- Menyusun kerangka tulisan
- Membuat analisa sintesa
- Penutup
Contoh:
* Topik - Mari Olahraga
* Tujuan - Mengajak para pembaca agar membiasakan diri untuk menjaga jasmani & rohani
* Kerangka karangan:
I. Jenis-jenis olahraga
- dilihat dari fungsinya:
1.1 Olahraga untuk kesehatan fisik dan mental
1.2 Olahraga untuk menyalurkan hobi
1.3 Olahraga mencapai prestasi
1.4 Olahraga untuk mencari uang
- dilihat dari segi biaya dan peralatan:
1.5 Olahraga tanpa biaya
1.6 Olahraga dengan biaya murah
1.7 Olahraga dengan biaya mahal
II. Sebab-sebab orang perlu olahraga
2.1 Untuk menjaga kondisi fisik agar tetap sehat & kuat
2.2 Untuk menghilangkan kepenatan jiwa
2.3 Untuk mengisi waktu luang
2.4 Untuk menyalurkan hobi
2.5 Untuk mengembangkan bakat
III. Akibat-akibat yang dapat kita rasakan sesudah olahraga
3.1 Badan menjadis ehat, terhindar dari kegemukan
3.2 Waktu luang dimanfaatkan
3.3 Hobi tersalurkan
3.4 Dapat berkembang, dapat menimbulkan prestasi
3.5 Pikiran yang lebih jenuh menjadi segar
IV. Marilah kita berolahraga untuk kesehatan jiwa dan raga
4.1 Carilah jenis olahraga yang sesuai
4.2 Usahakan olahraga secara periodik dan berkesinambungan sesuai dengan kondisi masing-masing
Konjungsi yang dapat digunakan dalam karangan persuasi. Konjungsi atau kata sambung adalah kata tugas yang meghubungkan dua klausa atau lebih. Konjungsi intra kalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase, atau klausa dengan klausa dalam suatu kalimat.
* Konjungsi intra kalimat dibagi menjadi 2 bagian:
- Konjungsi Koordinatif, adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih dengan kedaua unsur itu memiliki status sintaksis yang sama. Anggota dari kelompok itu adalah:
Dan menandai hubungan penambahan
Atau menandai hubungan pemilihan
Tetapi menandai hubungan perlawanan
Perhatikan contoh berikut:
1. Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu
2. Aku yang datang kerumahmu atau kamu yang datang kerumahku
3. Sebenarnya Kartini pandai, tetapi malas
- Konjungsi Subordinatif, adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih & klausa itu tidak memiliki status sintaktis yang sama.
Berikut ini adalah kelompok-kelompok konjungsi subordinatif
1. Konjungsi subordinatif waktu:
Sesudah, setelah, sehabis, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai.
2. Konjungsi subordinatif syarat:
Jika, kalau, jikalau, manakala, asalkan, bila
3. Konjungsi subordinatif pengandaian:
Andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya
4. Konjungsi subordinatif tujuan:
Agar, supaya, agar supaya, biar
5. Konjungsi subordinatif konsensif:
Biarpun, meski (pun), sekalipun, walau (pun), sungguh pun, kendati (pun)
6. Konjungsi subordinatif pemiripan:
Seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana
7. Konjungsi subordinatif penyebaban:
Sebab, karena, oleh karena
8. Konjungsi subordinatif pengakibatan:
(se) hingga, sampai (-sampai), maka (nya)
9. Konjungsi subordinatif penjelasan:
Bahwa
10. Konjungsi subordinatif cara:
Dengan
- Konjungsi Korelatif
Baik ........ maupun
Apakah ...... atau
Entah ....... entah
Jangan ..... pun
Tidak hanya ...... melainkan
Bahasa Indonesia (X.1)
Selasa,
14 Februari 2009.
Merangkum Seluruh Isi Informasi Teks Buku dari daftar Isi dan Indeks
Posted on Friday, November 18, 2022
* Daftar isi, adalah lembar halaman yang menjadi petunjuk pokok isi buku beserta nomor halaman.
* Indeks, adalah suatu daftar yang memuat istilah, nama-nama pengarang, nama -nama tempat, dan seterusnya yang disebut dalam karangan.
Indeks ini disusun menurut urutan alfabet agar mudah dipergunakan dibelakang tiap istilah yang terdapat didalam indeks tersebut dicantumkan pula angka-angka yang menunjukkan dihalaman mana keterangan atau uraian mengenai istilah itu dapat dijumpai, misalnya didalam daftar indeks terdapat kata kultukreins 34,67 dan 100 maka itu berarti kata kultukreins beserta penjelasannya dapat ditemukan dihalaman 34.67 dan 100 pada karangan tersebut.
- Indeks Majalah, artikel dalam majalah-majalah merupakan bahan-bahan mutakhir yang penting tetapi artikel ini didaftarkan dalam kartu log. Hanya nama majalah itu sendiri yang dapat dimasukkan dalam kartu kata log untuk mencari artikel yang terdapat dalam majalah publikasi lainnya maka oleh redaksi biasanya dibuat daftar tentang semua artikel yang pernah ditulis dalam majalah tersebut dinamakan indeks majalah.
- Indeks Harian, pada umumnya artikel-artikel harian tidak dimasukkan kedalam daftar indeks tetapi ada beberapa harian terkenal biasanya memuat indeks bagi artikel-artikel dan berita-berita yang memuat dalam harian tersebut. Oleh karena itu, sebagai bahan perbandingan dapat digunakan bahan-bahan surat-surat kabar biasanya memuat berita-berita yang sama pada tanggal yang sama.
Bahasa Indonesia (X.1)
Selasa,
27 Januari 2009.
Berikut ini adalah jenis-jenis puisi lama
a. Mantra, adalah puisi yang diresapi oleh kepercayaan akan dunia gaib. Irama bahasa sangat penting untuk menciptakan nuansa magis. Mantra timbul dari kepercayaan animisme pada setiap berbagai maksud orang-orang dulu membujuk roh-roh dengan mantra-mantra misalnya, pada waktu berburu rusa. Mereka mengucapkan mantra terlebih dahulu agar buruannya mudah ditangkap. Berikut petikan mantranya
Sirih lontar pinang lontar
Terletak diatas penjuru
Hantu buta, jembalang buta
Aku mengangkatkan jembalang rusa
b. Pantun, merupakan puisi yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. terdiri atas 4 baris
2. tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata
3. dua baris pertama disebut sampiran, dua baris kedua disebut isi pantun
4. pantun mementingkan rima akhir dengan pola / abab / bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua sama dengan bunyi baris keempat
Contoh:
Sikap sonohong
Gelana ikan duri
Bercakap bohong
Lama-lama mencuri
Gunung daik timang-timang
Tempat kera berulang ali
Budi yang baik kenang-kenangan
Budi yang jahat buang sekali
c. Pantun berkait (seloka), pantun berkait adalah pantun yang terdiri atas beberapa bait yang satu dengan yang lainnya sambung-menyambung. Baris kedua dan keempat dari bait pertama dipakai kembali pada baris pertama dari baris ketiga pada bait kedua dan ketiga, ketiga dan keempat, dan seterusnya.
Contoh:
Sarang garuda di pohon beringin
Buah kamuning didalam puan
Sepucuk surat dilayangkan angin
Putih kuning sambutlah tuan
Buah kemuning didalam puan
Dibawa dari indra giri
Putuh kuning sambutlah tuan
Sambutlah dengan si tangan kiri
Dibawa dari indra giri
Kabu-kabu dalam perahu
Sambutlah dengan si tangan kiri
Seorang makhluk janganlah tahu
d. Talibun, adalah pantun yang susunannya terdiri atas enam, delapan, atau sepuluh baris. Pembagian baitnya sama dengan pantun biasa, yakni terdiri atas sampiran dan isi. Jika talibun itu enam baris, maka tiga baris pertama merupakan sampiran, dan tiga baris berikutnya merupakan isi.
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari
Induk semang cari dahulu
e. Pantun kilat, atau karmina adalah pantun yang terdiri atas dua baris, baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua disebut isi.
Contoh:
Gendang gendut, tali kecapi
Kenyang perut, senanglah hati
Pinggan tak retak, nasi tak dingin
Tuang tak hendak, kami ta ingin
Sudah gaharu, cendana pula
Sudah tahu, bertanya pula
f. Gurindam, atau sajak peribahasa merupakan puisi yang bercirikan sebagai berikut:
1. terdiri dari dua baris
2. rumus rima akhirnya / aa /
3. baris pertama merupakan syarat, baris kedua merupakan akibat dari yang disebutkan pada baris pertama
4. berisikan ajaran, budi pekerti, atau nasihat keagamaan
Gurindam yang terkanal adalah kumpulan gurindam karangan pujangga melayu klasik Raja Ali Haji dengan namanya, "Gurindam dua belas" Gurindam tersebut terdiri atas dua belas pasal dan berisi kurang lebih 64 buah gurindam.
Contoh:
Barang siapa meninggalkan zakat
Tiadalah artinya boleh berkat
Barang siapa berbuat fitnah
Ibarat dirinya menantang panah
G. Syair, merupakan bentuk puisi klasik yang merupakan pengaruh kebudayaan arab. Syair memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. terdiri atas 4 baris
2. tiap baris terdiri 8 sampai 10 suku kata
3. tidak memiliki sampiran, semuanya merupakan isi
4. berima akhir a-a-a-a
Contoh:
Diriku lemah anggota ku layu
Rasakan cinta bertalu-talu
Kalau begini datangnya selalu
Tentulah kakanda berpulang dahulu
Bahasa Indonesia (X.1)
Kamis,
27 November 2008.
Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa, dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan atau menyenangkan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan.
Perbedaan Cerpen dan Novel:
Cerpen;
- alur lebih sederhana.
- tokoh yang dimunculkan beberapa orang.
- latar dilukiskan hanya sebentar & sesaat
- tema mengupas masalah yang relatif sederhana
Novel;
- alur lebih rumit dan panjang, ditandai oleh perubahaan nasib pada diri sang tokoh.
- tokoh lebih banyak dalam berbagai karakter.
- latar meliputi wilayah geografi yang luas & dalam waktu yang lebih lama.
- tema lebih kompleks ditandai oleh adanya tema-tema bawaan.
Struktur Cerpen
A. Unsur Intrinsik: unsur-unsur yang terdapat dalam cerpen
1. Tema: merupakan inti / ide dasar sebuah cerita dari ide dasar itulah kemudian cerita dibangun oleh pengarangnya dengan memanfaatkan unsur-unsur intrinsik seperti plot, penokohan, & latar. Tema merupakan pangkal tolak pengarang dalam menceritakan dunia rekaan yang diciptakan.
2. Alur: sambung sinambung jalannya cerita terbagi menjadi 3 bagian;
a. alur konvensional (maju): alur yang susunan peristiwanya berjalan teratur dari awal sampai akhir cerita (a-z)
b. alur inkonvensional (mundur): jalur yang menceritakan peristiwa masa lampau / mendahulukan akhir-akhir cerita & setelah itu kembali ke awal cerita (z-a)
c. alur campuran
3. Latar: keadaan tempat, waktu, dan kebudayaan di dalam cerita.
Setting terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a. setting material; rumah, sekolah, dan tempat lainnya.
b. setting sosial; lingkungan sosial masyarakat seperti masyarakat kota dan masyarakat desa.
c. setting waktu; menunjukkan waktu berlangsungnya cerita.
d. setting budaya; menunjukkan budaya yang terdapat di dalam cerita.
4. Penokohan: cara pengarang menggambarkan karakter tokoh di dalam cerita. Penokohan terbagi menjadi 3 bagian:
a. tokoh protagonis: tokoh utama
b. tokoh antagonis: tokoh lawan
c. tokoh tritagonis: tokoh pembantu
5. Amanat: ajaran moral / pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karya itu.
6. Sudut pandang: cara si pengarang mengisahkan / menceritakan suatu cerita, sudut pandang terbagi menjadi;
a. sudut pandang orang I terbagi menjadi:
1. orang pertama sebagai tokoh utama - autobiografi
2. orang pertama sebagai pengamat - saya , aku
b. sudut pandang orang III terbagi menajdi:
1. orang III serba tahu ( melaporkan semua tindakan tanduk yang sangat pribadi dari pelaku
2. orang III terarah (terpusat pada suatu karakter (dia, ia, mereka, nama orang)
B. Unsur Ekstrinsik: unsur-unsur yang membangun karya sastra dari luar sastra itu sendiri
1. Nilai moral: nilai yang berkaitan dengan akhlak / budi pekerti baik & buruk
2. Nilai sosial: hal-hal yang berkaitan dengan norma-norma dalam kehidupan masyarakat (misalnya saling memberi, menolong, dan tenggang rasa)
3. Nilai budaya: konsep menegnai masalah dasar yang sangat penting & bernilai dalam kehidupan manusia ( adat istiadat, kesenian, dll)
4. Nilai estetika: nilai yang berkaitan dengan seni keindahan dalam karya sastra (tentang nahasa, alur, & tema)
5. Nilai politik: nilai-nilai yang berisi unsur kepentingan politik
Bahasa Indonesia (X.1)
Kamis,
13 November 2008.
Karangan deskripsi adalah karangan yang melukiskan objek sesuai dengan keadaan sebenarnya, seolah-olah pembaca dapat melihat, mendengar, merasakan apa yang ditulis dalam karangan.
Secara umum paragraf deskripsi dibedakan menjadi 2 macam:
1. Paragraf deskripsi spacial
Adalah paragraf yang melukiskan ruang atau tempat berlangsungnya suatu peristiwa. Pelukisannya harus dilihat dari berbagai segi agar tergambar dengan jelas dalam pikiran dan perasaan pembaca.
Contoh:
Ruang kamarnya acak-acakan, meja dan kursi tidak beraturan bahkan jungkir balik, lantai yang kusam dan penuh sampah menguatkan bahwa sudah cukup lama kamar itu tidak dijamah orang, di dinding banyak coretan bahkan ditumbuhi lumut apalagi langit-langitnya, sebagain sudah ada yang pecah dan terbuka basah karena genting yang bocor dan banyak sarang laba-labanya.
2. Paragraf deskripsi objektif
Adalah paragraf yang menggambarkan suatu hal atau orang dengan mengungkapkan identitasnya secara apa adanya sehingga pembaca dapat membayangkan keadaannya.
Contoh:
Tubuhnya kurus kering, badannya digrogoti penyakit mag, mulut dan bibirnya sariawan sebesar kacang kedelai, benjolannya merah dan dipenuhi nanah, sepanjang hari matanya tidak tertutup.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat karangan deskripsi:
1. Karangan melukiskan keadaan atau keberadaan objek
2. Karangan disajikan sehidup-hidupnya sehingga daya khayal, daya bayang pembaca tumbuh dengan baik. Pembaca sudah melihat, merasakan apa yang telah dirasakan dan dilihatnya.
3. Menulis perlu mengadakan pengamatan terhadap objek
4. Deskripsi bukanlah merupakan kumpulan rincian, oleh karena itu dalam memilih rincian harus memperhatikan:
a. rincian sesuai dengan tujuan deskripsi
b. rincian memiliki sikap yang menonjol
Karangan Deskripsi
Narasi - Cerita (Fiksi dan Non Fiksi)
Deskripsi - Melukiskan objek (spacial = impresionistik = realitas)
- Melukiskan objek (objektif = ekspositorif = perasaan)
Eksposisi - Memaparkan proses
Argumentasi - Meyakinkan
Persuasi - Mengajak
Bahasa Indonesia (X.1)
Selasa,
4 November 2008.
Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah mengalami sendiri kejadian yang diceritakan itu.
Dalam paragaf narasi ada 3 unsur utama:
1. Tokoh-tokoh
2. Kejadian
3. Latar, ruang, dan waktu.
Berdasarkan materi perkembangannya, paragraf narasi terbagi ke dalam dua jenis, yakni:
1. Narasi Fiksi: narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa imajinatif (narasi sugestif),
contoh: novel dan cerpen
2. Narasi Non Fiksi: Narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa faktual, sesuatu yang ada dan benar
benar terjadi (narasi ekspositori)
contoh: biografi, autobiografi, laporan perjalanan, laporan kejadian
Ada beberapa cara mengembangkan paragraf narasi
a. Pola hubungan runtun peristiwa
Hubungan runtun peristiwa adalah suatu bentuk wacana cerita yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya suatu peristiwa yang diurutkan menurut rangkaian kejadian dan urutan peristiwanya
contoh:
Hari-hariku sebagai pekerja perempuan di perusahaan industri makanan olahan sangat padat dan melelahkan. Bayangkan, pagi-pagi sekali aku harus bangun dan menyiapkan makanan pagi anak-anak. Sebelumnya, aku tentu harus memandikan mereka karena anak-anakku masih kecil. Sambil aku ganti baju kerja, aku sempatkan menyuapi anak-anakku yang paling kecil....
b. Pola urutan kejadian
Pola urutan kejadian adalah yang menekankan waktu terjadinya peristiwa atau kejadian.
Contoh:
Kejadiannya begitu cepat. Aku pulang pukul 12.00 siang, pukul 12.15 aku parkir motorku dihalaman sekolah, lalu berlari ke tempat fotocopy. Pukul 12.20 selesailah KTP-ku difotocopy. Pukul 12.22 aku sudah sampai kembali ke tempat parkir motor. Dan, motorku sudah lenyap! hanya ku tinggalkan tujuh menit saja.
c. Pola hubungan mula dan akhir
Menekankannya pada penjelasan mula-mula dan akhirnya.
Contoh:
Cepat kok! mula-mula saya menyiapkan naskah majalah sekolah yang akan saya cetak. Naskah itu lalu saya bawa kebagian penerimaan naskah. Namanya pak Broto kemudian.... selanjutnya.... akhirnya tinggal menunggu proses akhir yaitu penjilidan dan pengepakkan, pengalaman saya mencetak majalah sederhana kok!
Bahasa Indonesia (X.1)
Selasa,
28 Oktober 2008.
In KAFETARIA
Ruang Namu | Cafe - Coffee Shop di Depok, Jawa Barat
Posted on Sunday, November 13, 2022
Seperti biasa, aku tidak mereview secara detail, hanya berupa foto yang aku ambil.