In REVIEW

Modal Mengintip, Dapat Banyak Ilmu dan Malu

Depok merupakan salah satu kota maju yang berkembang dengan pesat, dengan kemajuannya siapa yang melirik sebuah kampung yang berada di tengah kota?. Aku memilih mengintipnya. Ku cari waktu yang pas dengan salah satu kegiatan disana, posyandu.

Aku pikir, semangat-semangat itu hanya milik warga yang tinggal jauh dari hinggar bingar kota, di pedesaan sana dengan bayangan di kepala seperti cerita-cerita para orangtua. Nyatanya salah, salah satu Kampung Berseri Astra di Indonesia berada di Kota Depok ini merupakan bukti bahwa kerja keras adalah milik siapa saja yang mau.

Tidak tahu persis letak kampung ini, bermodal aplikasi ojek online, Aku meminta Abang ojek memakai maps. Setiba di titik maps Aku memberikan helm yang ku pakai ke pemiliknya disusul dengan uang tarif perjalanan, sambil mengucapkan terima kasih. Dua langkah dari tempat pemberhentian tadi, di depan gang, Aku senyum sumringah, bersemangat.

Sepi, ku coba mencari seseorang untuk bertanya. Entah datang dari mana, tiga rumah dari depan gang ada seseorang yang ingin memasuki rumah itu, langsung menutup pagar. Aku berlari kecil, menghampiri sebelum dia benar-benar masuk ke dalam rumah.

"Permisi, maaf. Mau nanya kalau posyandunya sebelah mana ya?"
"Oh maaf mbak, Saya kurang tau posyandunya dimana."
"Eh" sambil berpikir, lalu mengucapkan terima kasih.

Tidak ada orang lagi disekitar sini. Ku lihat ke arah ujung gang, ada beberapa orang. Maka ku langkahkan kaki ini untuk menghampirinya, Aku akan bertanya pertanyaan yang sama.
Tapi hanya sekitar lima rumah dari rumah mbak tadi dengan posisi yang sama sebelah kanan dari gang persis ada sebuah kali kecil, dengan jembatan yang dibuat senada dengan jalan kampung membuat Aku tidak sadar ada kali disana, sebelahnya ada plang bertuliskan "Kampung Berseri Binaan Astra: Posyandu Dewi Sartika, Pos PAUD Pelangi, dan Taman Interaktif"


"Lah, tapi mbak tadi....? Oh mungkin dia orang baru. Atau kali kecil ini merupakan batas dari Kampung Berseri Astra." Pikir ku dengan cepat.

Sudah banyak yang sibuk di halaman posyandu. Aku berdiri di depan pagar yang sudah terbuka lebar, disambut dengan wanita separuh baya.
"Bu, Saya mau ketemu Ibu Dwi Hastuti"
"Oh mbak yang dari Astra ya?"
"Oh bukan bu, Saya blogger"
"Oh iya Bu Dwi ada di dalam, silahkan masuk"

Entah mungkin bu Dwi sudah memperhatikan dari dalam, beliau keluar dan  bertanya hal yang sama, "Mbak dari Astra ya?"
"Oh bukan bu, Saya Siti Munawaroh, yang sebelumnya berkomunikasi dengan Ibu via whatsapp"
"Oh iya, Ibu masih ada beberapa hal yang dipersiapkan, cepet sekali datangnya, biasanya volunteer Dokter dari Astra datang jam 10 ke atas, mbak kalo mau liat-liat atau mau ngambil-ngambil gambar dulu silahkan, tapi maaf Ibu belum bisa menemani, mungkin nanti disela-sela waktu Ibu bisa temani keliling"
"Iya bu gakpapa, kan memang sedang ada kegiatan."

Dengan label diberi izin, setelah diperkenalkan dengan Ibu-Ibu yang lain, Aku menuju bangku dengan meja payung dipojok posyandu, membuka sling bag yang berisi kamera, mengerluarkannya. Baiklah Aku akan keliling sendiri, ke arah berbalik dari arah Aku datang tadi.

Tersadar, bahwa kampung ini memiliki dua pintu masuk, tapi tempat ku masuk tadi bukan salah satunya, itu jalan belakang menuju kampung sebelah.
Cuaca jam 09.00 disini sangat cerah, matahari sudah mulai memberi rasa panas dikulit. Ada yang menarik perhatian ku disini, di setiap gang RW 016 ada tong - tong ini, bertuliskan penampung hujan. Aku berpikir mungkin air hujannya ditampung agar tidak langsung jatuh ke bawah, takut membuat genangan.


Dan mural-mural indah ini, ditembok-tembok samping rumah warga persis di pintu-pintu masuk seakan menyambut tamu dengan keindahannya. Satu mural yang paling lebar ditanda tangani oleh Walikota Depok.

Kurang lebih satu jam, Aku kembali ke posyandu. Setelah bu Dwi memberiku air minum, beliau mengajak ku ke salah satu RT disini, RT yang sama dengan tempat tinggalnya. RT 06 menjadi RT yang mendapat penghargaan RT terbaik di kampung ini. Aku melewatinya tadi, tapi tidak masuk-masuk ke satu per satu gang. Meski gang ini sudah mencuri perhatian ku.

Perhatikan.
Dari depan sini, semua terlihat rimbun. Mendapat gelar (ah Aku lupa nama istilahnya) yaitu tembok atau pagar rumah warga hampir tidak terlihat sama sekali, saking penuh nya semua dengan tanaman.

Dan di gang ini Aku terkagum-kagum, selain posyandu, gang ini menjadi fokus ku atas kunjungan ku ke kampung ini. Tanpa memperhatikan dengan jelas, Bu Dwi menjelaskan bahwa 90% tanaman disini adalah tanaman obat-obatan, jika tidak diberitahu Aku tidak akan tahu. Hanya berusaha fokus mendengar dan sesekali tangan tetap ini memotret objek yang menarik perhatian ku, berharap apa yang Aku dapat tidak terlupakan, mengingat Aku tidak segera menulis atau merekam pembicaran mengenai kampung ini, Aku mudah lupa.

Dan ini adalah rumah beliau, pada bagian rukun tetangga Ibu Dwi adalah seorang Bendahara RT dan pada bagian Kampung Berseri Astra beliau sebagai Ketua PKK.

Di sepanjang selokan RT sini ada 30 lobang biopri yang membuat saluran lancar dan bersih dari sampah.

Dan Aku menanyakan tong penampungan air yang menarik perhatian ku tadi, ternyata fungsinya ya untuk menampung air hujan agar jika terjadi kemarau atau saat-saat susah air, air dalam tong-tong ini digunakan untuk menyiram tanaman. Meski tanaman ini juga disirami oleh air bekas cucian beras warga.
Disediakan juga tong untuk mencuci tangan.

Slogan-slogan peringatan ini, Bu Dwi turun tangan sendiri membuatnya. Hampir ada disetiap rumah warga dengan tulisan yang berbeda, menggunakan barang bekas dan hasil printing yang beliau buat. Penting sekali mengingat manusia kadang lupa dan butuh diingatkan.


Bibit-bibit bayam yang siap panen dalam waktu 25 hari. Akan dibagi rata ke setiap rumah warga di RT ini. Makan dari hasil sendiri memang lebih nikmat karena sudah dijamin kualitasnya.


Kembali lagi ke posyandu, sudah mulai sepi karena hari mulai siang. Cuaca juga sedikit mendung. Tapi para warga tetap berusaha membawa anak-anaknya kesini, seperti biasa. Rutinitas bulanan ini memang perlu dilakukan, mungkin wajib.
Aku baru sadar, bahwa semua yang bertugas adalah para Ibu-Ibu, sebagian besar adalah lansia. Dengan usianya, tentu banyak yang sudah menurun keadaan tubuh mereka, termasuk mata yang mulai kabur, tetapi semangat mereka tidak pernah berkurang memastikan angka-angka pengukuran terlihat jelas.
Posbindu salah satu istilah yang belum pernah Aku dengar sebelumnya sekarang Aku mengetahuinya, jika posyandu untuk anak-anak balita. Posbindu untuk orang lansia.

Di samping meja 5, ada warung gizi yang menjual makanan sehat serta bubuk daun kelor yang siap ditaburkan langsung pada makanan dan minuman warga, mengingat daun kelor banyak sekali manfaatnya.


Pukul 13.00 penyuluhan dan evaluasi dilakukan, setelah semua yang dilakukan di halaman tadi semua dibersihkan dan dirapihkan kembali ke tempat semula, setelah itu semua memasuki ruangan, persis setelah itu hujan turun. Aku ditawarkan untuk mengikuti penyuluhan dan evaluasi ini, dengan mantab Aku mengiyakannya, karena setelah tadi Aku jadi banyak tahu, Aku yakin ini sangat bermanfat untuk menambah pengetahuanku. Masih bertahan dengan perut yang baru diisi snack yang disediakan tadi pagi. Cuaca yang membuat dingin hingga ke tulang tidak menyurutkan semangat mereka, lebih memilih melanjutkan dibanding makan siang terlebih dahulu, "tanggung" jawab mereka serentak. Mereka seharusya berada dirumah diatas tempat tidurnya menikmati istirahat siang.
Kakak-kakak volunteer pun begitu, mereka memutuskan menahan lapar meski diselingi dengan camilan. Yang pertama berbicara Kak Aini, dia mahasiswa pascasarjana UI semester 3 jurusan kesehatan masyarakat, disini Kak Aini berbicara mengenai langkah 5 meja: Pendaftaran, Wawancara, Pengukuran, Test Kesehatan (Tensi, Cek Gula, dan Kolesterol), serta Konseling. Dilanjutkan tentang strata posbindu. Yang kedua Kak Azizah, dia memberikan apa yang di amanahkan oleh Astra untuk KBA Depok ini, memberikan alat-alat untuk posyandu dan posbindu dan menjelaskan bahkan mempraktekkan alat-alat baru yang Ibu-Ibu belum mengetahui cara pakainya, meski sudah ada step by step cara yang tertulis. Seperti alat analisis lemak, Kak Azizah sendiri belum paham betul dengan alat itu, ditugaskan itu artinya wajib, dengan ramah dan kesabaranya bahkan dia sampai duduk dilantai, beberapa para Ibu mengikutinya, Ibu-Ibu punya bagian-bagian sendiri dialat-alat tertentu. Dengan waktu yang cukup lama hingga Kak Azizah berharap satu atau dua orang bisa dan melanjutkan ke hal lain yaitu warung gizi dan media lembar balik. Dan pembicara yang terakhir adalah Kak Hanifah, Kak Hanifah sendiri baru sampai saat Kak Azizah berbicara tadi, hujan tak memutuskan niatnya kesini, sampai dengan seluruh tubuh yang basah kuyup, Kak Hanifah meminta waktu sedikit mengeringkan badan dan makan setelah Bu Dwi memberikan handuk selepas dia tiba, dia akan berbicara tentag evaluasi sebulan ini dan berharap bulan depan kader remaja selanjutnya bergabung di posbindu, kesan dari KBA, diakhiri dengan kesimpulan semuanya.

 Aku paham sekarang, mengapa Astra mendasari programnya dengan 4 pilar. Pendidikan dari Astra untuk Indonesia cerdas, Kesehatan dari Astra untuk Indonesia sehat, Lingkungan dari Astra untuk Indonesia hijau, dan Kewirausahaan untuk Indonesia Kreatif. Rasanya ketika diri ini bermalas-malasan dan kadang dalam merawat kesehatan sendiri kurang terjaga, malu melihat semua ini, kegiatan remaja yang terlihat sibuk menjadi alasan tidak bisa, padahal belum tentu kita merasakan lanjut usia. Terima kasih untuk kalian semua yang memberikan Aku kesempatan untuk bergabung, Aku menyadariya.
Volunteer Dokter & Ibu-Ibu KBA Depok



*) Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Anugerah Pewarta Astra 2018
*) Semoga bermanfaat dan siapkan diri untuk berkontribusi langsung
*) Seluruh foto merupakan dokumen milik pribadi

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In SAJAK

Sahabat Sejati


Lama sudah ku tak merasakan kesejatian
Hakiki....
Keyakinan selalu menjaga naluri
Kawan yang selalu mengutamakan pentingnya keberadaan diri
Jika diluar sana banyak yang tak terima
Dunia keras membuat watak mengeras
Ramai menilai paras tanpa melihat hati yang ikhlas
Berdamping, menasehati, tanpa saling mengsiasati
Bertahan bersama dari hidup yang dijalani membuat orang iri

Tak perlu berucap untuk mengerti
Tak perlu dekat karena jauh pun dapat menggenggam
Tak selalu bergandeng tangan bukan berarti sendiri
Tak mudah kalap saat angin lalang membisikkan duri
Siap kala dibutuhkan meski tanpa kabar

Pesan dini....
Saat syaraf mulai melemah
Pikiran pun mulai menghilang
Memori kenangan terlupakan
Jika lupa akan suatu hal tentang ini
Ingatkan....
Semoga yang dilakukan tentang selalu-
mengutamakan abadi meski jiwa telah pergi

-
Aku (Simu)




Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

Aku (Simu)

My photo
: Tuang kata, ukir makna, pena menari, acak akal, kaya-karya.

Comments