In SAJAK

SAJAK KASIH

S a j a K a. s. i. h
Aku (Simu)


Tangan memberi kabar menengok masa lalu
Klik suaramu ingatkan kejadian dulu
Aku tersenyum dalam iring nada khas mu
Hangatnya kembali merasuk setelah berabad lupa

Kau tahu ada bagian sakit?
Hm.... Eh bukan itu,
Efek besar ini memiliki sisi
Banyak yang terjadi kala hati menjadi daging

Yang ku tahu,
Rasa terima kasih tidak bisa dibayar oleh kata, itu akan hilang dan terlupa
Juga tidak bisa dibayar dengan benda, karena akan rusak dan binasa
Semuanya hanya perlu diungkap oleh perbuatan
Terima kasih telah berbagi
Terima kasih sudah menghadirkan mereka kembali

Yang jika kita suka, bukan lantas harus dimiliki, namun aku berhasil mendapatkannya
Karna mu....

Hi! Kalaupun kau tidak tahu aku memutar ulang jutaan suaramu
Tetap ku rawat agar tumbuh rindang dibenakku
Tak apa tidak sembuh jika ini obatnya

Tertulis untuk,
Diolissa Juliana
dari
Aku (Simu)



Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In

Aku pasien Labioplasty (Celah pada Bibir / Bibir Sumbing) & Palatoplasty (Celah pada Langit-langit), Sahabatku Glaucoma


Bagaimana aku mulai menulisnya? Sedang banyak penulis mengatakan bahwa semua yang terjadi tak perlu di umbar, simpan baik-baik dan kita akan merasakan spesialnya. Tapi beberapa juga mengatakan bahwa untuk menunjukkan adanya diri kita, membuktikan untuk puluhan dan ribuan tahun ke depan, kita butuh sebuah tulisan. "Menulislah agar anak cucu mu yakin bahwa kau pernah hidup".
Nama ku Siti Munawaroh, apakah perlu gelar dibelakang nama? Haha yang aku rasa itu sekarang tidaklah penting, ini pernah ku bahas di post sebelumnya. Bukankah yang lebih penting adalah gelar didepan nama? "Alm" akan sejauh apa kita mempersiapkan semuanya agar kita lulus dengan baik untuk mencapai surga-Nya. Sejauh kita mempersiapkan baik-baik agar lulus mendapat gelar dibelakang nama.
Sapalah aku Mbest, mungkin ini panggilan teralay yang akan kalian dengar, dan kalian akan berpikir aneh-aneh 😂 Tapi bagiku ini panggilan spesial.
Nida Aisyah, dia sahabatku. Gelar dibelakang nama kita sama, itu karena kita sama-sama lulus di prodi dan kampus yang sama. Dan kalian bisa sapa dia Mbem, itu panggilan spesialku untuknya dan itu juga yang akhirnya membuatnya berpikir dan memutuskan memanggilku Mbest, kali ini aku bukan akan membahas sebuah panggilan, jadi tidak perlu membahas alasan apa hingga kita memiliki panggilan itu.
Aku pasien Labiopalasty dan Palatoplasty kalian mungkin masih awam tentang ini. Tapi kalian pasti tau jika aku sebutkan ini, ya Labiopalasty adalah bibir sumbing dan Palatoplasty adalah tanpa langit-langit. Sedang sahabatku pasien Glaukoma, apa kalian juga tidak tahu apa itu? Sama seperti aku yang dulu baru dengar dari ceritanya, mungkin kalian paham apa itu katarak? Ya, jika katarak adalah penyebab kebutaan pertama di dunia, glaukoma adalah kedua. Tetapi, jika katarak bisa disembuhkan, sedang glaukoma tidak (buta permanen).
Kenapa kami dipertemukan dan memutuskan untuk bersahabat? Jika pernyataan Kak Arfan (Kakak satu-satunya Mbem), Ini semua karena tadkir Allah, lalu kita bisa apa?. Ya, kita bisa sama-sama menjalankan, sama-sama mendukung, dan sama-sama memahami, meskipun pasti ada rintangan.
Sebagai pasien? Apa yang aku rasakan? Jika sejak lahir aku telah mendengar hinaan-hinaan? Sedih? Itu sudah pasti, iri? Itu juga pernah ada dalam pertanyaan ku. Kenapa harus aku yang mendapatkannya di keluarga ini? Orangtua ku punya enam anak, dan hanya aku. Aku marah? Tidak. Karena aku tahu setiap orang tua menginginkan anak-anaknya lahir dengan sempurna ke dunia ini.
Apa yang aku rasakan sebagai pasien? Jika aku tahu sejak lahir aku tak minum ASI, mereka bilang karena aku tidak doyan, tapi kini aku mengerti keadaan ini yang memang tidak memungkinkan aku untuk mengosumsi ASI karena akan membuat ku tersendak tak bernafas. Hingga akhirnya susu sapilah yang aku konsumsi. Aku marah? Tidak, bahkan aku tahu usaha keras mereka ketika membeli berkaleng-kaleng dan berdus-dus susu terbaik.
Apa yang aku rasakan sebagai pasien? Minder? Itu jelas ada, ketika semua riang bercerita dan bernyanyi tanpa beban. Aku justru terus mengurungkan diri untuk tidak berbicara banyak bahkan sering kali memilih diam dan tak mengeluarkan sedikit nada saja, itu karena aku tahu akan ada "apaan? Ah gak ngerti" atau tawa. Aku marah? Tidak, justru semudah ini Allah memberi cara agar aku membahagiakan siapa saja.
Apa yang aku rasakan sebagai pasien? Sendiri, aku pernah merasakan ini, ketika orang-orang memilih-milih siapa saja yang akan menjadi teman dekat. Temanku terhitung. Aku sering terbuang, jelas aku tidak masuk kriteria. Aku marah? Tidak, lagi-lagi aku paham ketika kesetiaan itu akan hancur jika dilihat dengan sefisik saja.
Apa yang aku rasakan sebagai pasien? Manfaat, aku juga pernah merasakan ini, aku tidak cerdas, tapi kerajinan yang orangtua ku ajarkan membuat aku cukup berprestasi, berulang kali masuk 3 besar, ya paling tidak terus berada dalam 10 besar. Itu yang membuat teman-teman mendekat. Aku marah? Tidak, karena lagi, aku paham semudah itu Allah menjadikan aku orang yang bermanfaat untuk orang lain.
Apa yang aku rasakan sebagai pasien? Bingung, aku pernah bingung ketika bersapa dengan anak kecil dan mereka bertanya "kenapa bibir kakak ke belah?" "Kenapa suara kakak kaya gitu? Lucu". Aku marah? Tidak, selugu itu mereka bertanya meski selalu saja aku mendunduk dan membendung air mata yang kapan saja mudah pecah.
Apa yang aku rasakan sebagai pasien? Mengutuk? Tidak, bahkan ketika semua orang menghina, ketika itu juga aku meminta Agar Allah tak membalasnya, tapi aku juga selalu berdoa, agar orang-orang itu merasakan apa yang aku rasakan, lewat mimpi. Aku sering meminta Allah agar mereka diberi mimpi. Karena aku tau tidak semua bisa sekuat aku. Jadi, tak perlu terbalas nyata, jika mimpi saja sudah cukup membuat sadar.
Apa yang aku rasakan sebagai pasien? Banyak, Allah terus memberikan aku sebuah rasa, rasa yang tidak orang-orang bisa rasakan. Rasa yang luar biasa. Rasa yang membuatku terus berpikir. Rasa yang membuatku tidak menyerah. Rasa yang membuatku bahagia. Rasa yang membuatku banyak bersyukur. Rasa yang membuatku paham. Rasa yang membuatku tahu, tahu atas cerita kehidupanku yang berbeda. Lihat, menjadi berbeda itu sangat sulit, tapi Allah memberi perbedaan itu dengan mudah.
Sahabatku, apa yang dia rasakan sebagai pasien? Sedih? Jelas sama. Ketika dia bertanya kenapa ini terjadi pada dirinya? Allah ambil satu penglihatan mata nya saat duduk di bangku SMA. Ya. Mata kirinya tak berfungsi. Bukankah butuh waktu untuk belajar berdiri dengan sebelah mata? Berjalan dengan pandangan berbeda? Tersandung dan terjatuh? Kejedot dan terbentur keras? Bukankah itu butuh waktu? Ketika dia harus menyuruh semua indera peraba untuk lebih sensitif ketika seseorang mendekat? Selalu kaget ketika ada yang diam-diam duduk disebelahnya.
Apa yang dia rasakan sebagai pasien? Ketika belasan tahun Allah kasih tubuh yang sempurna. Lalu dia harus belajar berjalan seperti layaknya anak kecil yang baru belajar jalan? Membutuhkan uluran tangan, kebasan tangan agar dia tahu ada benda apa di depan sana. Apa yang dia rasakan sebagai pasien? Sakit? Jelas sekali, sakit mata itu amat sangat, ketika obat menjadi teman, ketika cemgkraman jari menarik rambut, ketika mata memerah nyala, ketika teriakan dan tangis itu pecah, ketika itu semua terjadi karena tekanan bola mata yang tinggi, amat tinggi. Aku tau rasa sakitnya? Tidak. Tapi apa aku merasakannya? Jelas, jika aku diserang migran saja kalah, bagaimana dia.
Apa yang dia rasakan sebagai pasien? Pelangi, ya dia sering melihat pelangi, tanda penglihatan mulai kabur, tanda mata butuh istirahat. Butuh memejamkan mata? Tidak, jika dipejam selalu membuat dia terganjal, lalu apa? Melihat tetap merasakan sakit. Serba salah, itu yang aku tahu.
Apa yang dia rasakan sebagai pasien? Lelah, dia pernah meraskan lelahnya, karena butuh berwaktu-waktu untuk kembali hidup, riang, tawa, celoteh yang membuat orang-orang disekelilingnya tertawa.
Hey, apa kalian tahu? Aku bersahabat dengan orang bawel ini, kebawelannya menular, akhir-akhir ini aku banyak berbicara, juga tak segan-segan bernyanyi, meski dia sering bilang "Yah kuping aku pecah dah" 😒😂. Kalian tahu kenapa begitu? Sebenarnya yang aku rasakan biasa saja, aku berbicara layaknya orang biasa yang berbicara, serius. Karena aku mendengar sendiri bicara ku normal. Ketika mensenandungkan lagu aku juga pernah merasa yakin, suara ku tak kalah sama penyanyi 😅 tapi, ketika aku mencoba untuk merekamnya, aku paham apa yang orang dengar, tak jelas dan sumbang. Dan percayalah yang terdengar belum tentu terdengar sama. Itu mungkin efek langit-langit yang tak ada. Lagi, ketika sahabatku ini yang doyan ngajak karokean aku tak pernah ikut bernyanyi. Kalian tahu? Agustus 2015 lalu aku operasi, dokter memberi harapan, langit-langit terbuat dari daging paha ku, aku bahagia? Entah, yang aku tahu aku merasa aneh. 23 tahun aku hidup tanpa langit-langit, membuat semuanya aneh, bahkan sempat kesal karena aku tersiksa ketika flu dan batuk menerpa. Dokter sempat meminta ku setelah 3 bulan pasca operasi aku kembali ke rumah sakit untuk latihan berbicara agar otot-otot pada pita suara ku sedikit berubah tapi aku mengurungkan diri, tak pergi ke rumah sakit. Aku rasa, aku sudah nyaman seperti ini. Ini takdirku.
Disisi lain, kalian tahu, sahabatku berhasil menutupinya, tak ada yang tahu bahwa dia buta sebelah mata. Itu karena periangnya dia, dia bilang "Aku gak mau kalo nanti orang-orang tahu mereka akan sayang sama aku karena kasihan". Ah, bukankah banyak pelajaran dari semua ini? Kita saling menyempurnakan meski masih jauh dari kata sempurna, ketika aku tak sanggup melawan orang-orang dengan kata, dia yang akan mewakilkan ku. Ketika kita berjalan dimalam hari, aku yang mengulurkan tangan membantu. Ketika dari kejauhan dia tak sanggup membaca kata, aku yang memberitahunya. Ketika aku ingin medengar sebuah lagu, dia yang akan menyanyikannya. Ketika aku menginginkan sebuah balon, dia yang akan meniupkannya. Ketika dia ingin menemui seseorang dan dia tak melihatnya, aku yang memberitahu. Ketika aku selalu malu memesan makan ditempat baru, dia yang selalu memesankannya. Kita berdua berusaha saling melengkapi, tapi bukan berarti kita tidak pernah marah-bertengkar, itu hal wajar yang akan membuat hubungan ini menjadi semakin erat.

(Kekurangan bukan aib bukan? Sungguh ini persahabatan yang luar biasa bagi ku dan semoga bagi dia).

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In

B.J HABIBIE MENINGGAL DUNIA

Ketika kabar itu terdengar, semua ramai, hingga aku membaca ini disalah satu group whatsapp, tentang ungkapan beliau....



BJ HABIBIE 

Ternyata sama kembali ke nol, tidak ada yang bisa  dibanggakan 😭

Ungkapan Hati B.J. Habibie Soal Akhirat  yang Bikin Merinding
8 Jan 2019

NONSTOPNEWS.ID - Pidato BJ Habibie viral. Mantan Presiden RI ini menuliskan tentang kisah hidupnya.

SAAT KEMATIAN ITU KIAN DEKAT.

KALAULAH SEMPAT ? Renungan untuk kita semua !!!!
--------------------
( Ketika BJ Habibie berpidato di Kairo, beliau berpesan "Saya diberikan kenikmatan oleh Allah ilmu teknologi sehingga saya bisa membuat pesawat terbang, tapi sekarang saya tahu bahwa ilmu agama itu lebih manfaat untuk umat Islam. Kalo saya disuruh memilih antara keduanya maka saya akan memilih ilmu Agama." )

Sepi penghuni...
Istri sudah meninggal...
Tangan menggigil karena lemah...
Penyakit menggerogoti sejak lama...
Duduk tak enak, berjalan pun tak nyaman... Untunglah seorang kerabat jauh mau tinggal bersama menemani beserta seorang pembantu...

3 anak, semuanya sukses...
Berpendidikan tinggi sampai ke luar negeri...
» Ada yang sekarang berkarir di luar negeri...
»Ada yang bekerja di perusahaan asing dengan posisi tinggi...
»Dan ada pula yang jadi pengusaha ...
Soal Ekonomi, saya angkat dua jempol » semuanya kaya raya...

Namun....
Saat tua seperti ini dia 'Merasa Hampa', ada 'Pilu Mendesak' disudut hatinya..

Tidur tak nyaman...
Dia berjalan memandangi foto-foto masa lalunya ketika masih perkasa & enegik yg penuh kenangan

Di rumah yang besar dia merasa kesepian, tiada suara anak, cucu, hanya detak jam dinding yang berbunyi teratur...

Punggungnya terasa sakit, sesekali air liurnya keluar dari mulutnya....
Dari sudut mata ada air yang menetes..
Rindu dikunjungi anak2nya

Tapi semua anaknya sibuk dan tinggal jauh di kota atau negara lain...
Ingin pergi ke tempat ibadah namun badan tak mampu berjalan....

Sudah terlanjur melemah...

Begitu lama waktu ini bergerak, tatapannya hampa, jiwanya kosong, hanya gelisah yang menyeruak...
Sepanjang waktu .... 

Laki-laki renta itu, barangkali adalah Saya...
Atau barangkali adalah Anda yang membaca tulisan ini suatu saat nanti_
Hanya menunggu sesuatu yg tak pasti...
Yang pasti hanyalah KEMATIAN.
Rumah Besar tak mampu lagi menyenangkan hatinya..._
Anak Sukses tak mampu lagi menyejukkan rumah mewahnya yang ber AC...
Cucu-cucu yang hanya seperti orang asing bila datang..._
Asset-asset produktif yang terus menghasilkan, entah untuk siapa .?

Kira-kira jika malaikat 'Datang Menjemput', akan seperti apakah kematian nya nanti.

Siapa yang akan memandikan ?

Dimana akan dikuburkan ??

Sempatkah anak kesayangan dan menjadi kebanggaannya datang mengurus jenazah dan menguburkan?

Apa amal yang akan dibawa ke akhirat nanti?
Rumah akan di tinggal, asset juga akan di tinggal pula...
Anak-anak entah apakah akan ingat berdoa untuk kita atau tidak ???
Sedang ibadah mereka sendiri saja belum tentu dikerjakan ???
Apa lagi jika anak tak sempat dididik sesuai tuntunan agama???  Ilmu agama hanya sebagai sisipan saja..._

'Kalau lah Sempat' menyumbang yang cukup berarti di tempat ibadah, Rumah Yatim, Panti Asuhan atau ke tempat2 di Jalan Allah yang lainnya...

'Kalau lah Sempat' dahulu membeli sayur dan melebihkan uang pada nenek tua yang selalu datang......

'Kalau lah Sempat' memberikan sandal untuk disumbangkan ke tempat ibadah agar dipakai oleh orang yg memerlukan.....

'Kalau lah Sempat' membelikan buah buat tetangga, kenalan, kerabat dan handai taulan......

Kalau lah kita tidak kikir kepada sesama, mungkin itu semua akan menjadi 'Amal Penolong' nya ......

Kalaulah dahulu anak disiapkan menjadi 'Orang yang Shaleh', dan 'Ilmu Agama' nya lebih diutamakan

Ibadah sedekahnya di bimbing/diajarkan & diperhatikan, maka mungkin senantiasa akan 'Terbangun Malam', 'Meneteskan Air Mata' mendoakan orang tuanya.

Kalaulah sempat membagi ilmu dengan ikhlas pada orang sehingga bermanfaat bagi sesama...

"KALAULAH SEMPAT"

Mengapa kalau sempat ?
Mengapa itu semua tidak jadi perhatian utama kita ?  Sungguh kita tidak adil pada diri sendiri.  Kenapa kita tidak lebih serius

Menyiapkan Bekal' untuk menghadap-NYA dan 'Mempertanggung Jawabkan kepadaNya?
Jangan terbuai dengan 'Kehidupan Dunia' yang  bisa  melalaikan.....

Kita boleh saja giat berusaha di dunia....tapi jadikan itu untuk bekal kita pada perjalanan panjang & kekal di akhir Hidup kita.

(yg  menyebarkan catatan ini semoga menjadi sodaqoh ilmu & ladang amal Shaleh)_b

Teruslah menjadi  menabur  Kebajikan selama hayat masih dikandung badan meski hanya sepotong pesan.



Semoga Bermanfaat...😭😭⏰

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In MATEMATIKA

UKURAN PEMUSATAN DATA


Tercatat pada Rabu, 22 Juli 2009
Sekiranya jika ingin mencopas komentar di bawah atau email ke sititarramunawaroh@yahoo.com
Semoga bermanfaat
Semangat belajarnya!

Ukuran Pemusatan Data
1.      Rataan (Mean)
x̅ =  atau     x̅ = 
2.      Median (Me)
Adalah niali tengah suatu data yang telah diurutkan.
3.      Modus (Mo)
Adalah nilai yang paling sering muncul.

Contoh :
Tentukan rataan, median, modus, dari data di bawah ini !
1.      4, 5, 6, 6, 7, 7, 8, 9, 11
2.      4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 17
3.      14, 10, 11, 18, 20, 18, 21
4.      17, 13, 8, 9, 13, 20, 18
5.      2, 2, 5, 4, 6, 9, 6, 6, 13, 12
6.      6, 6, 7, 8, 8, 9, 9, 13, 14, 12, 12, 10

Jawab:

1.      4, 5, 6, 6, 7, 7, 8, 9, 11

Rataan : x̅ =  =   =  = 7
Median : 7
Modus : 6 dan 7

2.      4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 17

Rataan : x̅ =    = 10

Median :   = 9,5
Modus : -

3.      10, 11, 14, 18, 18, 20, 21


Rataan : x̅ =   = 16
Median : 18
Modus : 18

4.      8, 9, 13, 13, 17, 18, 20

Rataan : x̅ =   = 80,85
Median : 13
Modus : 8 dan 13

5.      2, 2, 4, 5, 6, 6, 6, 12, 13


Rataan : x̅ =   = 6,5


Median :   = 6
Modus : 6

6.      6, 6, 7, 8, 8, 9, 9, 10, 12, 12, 13, 14

Rataan : x̅ =   = 9,5


Median :   = 9
Modus : 6, 8, 9, 12




Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In CATATAN SEMASA PENDIDIKAN

Pilar Kebangsaan

Sumber Gambar : satujam.com

Untuk Mengawali Perwujudan Empat Pilar Kebangsaan

1. Mengamalkan pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam mengusahakan dan menyelenggarakan sistem pendidikan nasional.

2. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan hukum untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui satu sistem Pendidikan Nasional.

4. Menerima keniscayaan Bhineka Tunggal Ika dan mewujudkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.


Tercatat pada Selasa, 4 September 2012 (Masa Kuliah)

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In SAJAK

Teman (R)asa

Saat kau sambut aku
Aku tak peduli
Peduliku hanya tertuju pada isi otakku
Resah membanjiri diri

Kau lantangkan dengan lisan kalimat yang sama
"Nanti main lagi ya...." (terbuka)
Kau menilaiku asik
Menyimpulkan dalam waktu detik

Kau berbeda dengan yang lain
Tidak menganggap ku seperti orang lain
Yang membuat ku panik
Kau tidak benar-benar tahu tentangku

Ketulusanmu takut membuatku lupa
Datang sesaat hanya untuk melupakan
Memanfaatkan keadaan
Menyakiti sesuka hati

Berbeda dengan ku
Baru menyadari keberadaan mu, saat lambaian tangan tak terlihat
Dingin malam membuatku teringat
Hidupku belum terlalu pekat

Terima kasih....

Perlakuanmu membuat reda gelisah
Membuka asa atas gelap gulita
Beri signal bagaimana maknai dengan hati
Kepada yang datang dan pergi


- Aku (Simu)

Percayalah ada banyak orang baik diluar sana, terus berbuat baik sampai kau dipertemukan oleh salah satunya.

Ku persembahkan ini untuk, Dias.
*Terjadi hari ini di 7 April 2019.




Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In SAJAK

Hidayah


Aku terus menggoresnya dalam doa
Mengizinkan tinta juga melukisnya
Seperti usahanya untuk berubah

Tak ada yang percaya
Bilang sudah bersusah payah
Teriak akan beri hadiah jika ada yang bisa

Nyatanya aku melihat itu semua
Terjadi pada dirinya
Jika Tuhan berkehendak
Siapa yang berdaya

Semua mungkin terjadi
Dan terjadi
Hidayah tak ditunggu
Tapi dijemput

Pilihan mu mau bergabung
Tapi takdir tetap melambung
Menelaah
Mana surga, mana neraka

- Aku (Simu)


Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In SAJAK

Keinginanku Tercapai


Kadang kita membutuhkan
Kadang pula kita melupakan
Cinta dan kasih sayang
Perlu dan tidak bisa dilarang

Semua tak bisa dipaksakan
Hanya butuh kesabaran
Dalam sebuah kehidupan
Segalanya mudah tercapai


                                 - Aku (Simu)

*Puisi dibuat saat kelas 1 SMP (2006)

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In

Ketika Hobi Jadi Kebanggaan dan Penghasilan


Masa Lalu Ku

Well, mengingat masa lalu itu tidak selalu buruk. Dulu saat baru masuk Madrasah Tsanawiyah Aku bertemu dengan seseorang yang akhirnya menjadi teman sepergi dan sepulang barengan karena arah rumah kita sama, teman yang juga menyukai hal yang sama dengan apa yang Aku suka, yaps! dunia kepenulisan, dua bocah ingusan yang belum ada apa-apanya ini bahkan berani mengambil keputusan untuk mengikuti lomba nasional, mencari tahu dan bolak-balik sendiri meski kami merasa perlu adanya bimbingan dari orang yang lebih tua, lebih berpengalaman, karena ini benar-benar pengalaman kami untuk yang  pertama kali. Semangat ke kantor pos untuk mengirim hasil akhir dari tulisan kami masing-masing. Apa hasilnya? tentu saja kami gagal. Alih-alih "iseng-iseng berhadiah" yang membuat kami justru tidak kecewa dan tetap bahagia, menang mendapat hadiah jika kalah tak masalah.

Dulu, setiap bulan kami juga mengikuti salah satu majalah nasional remaja agar selalu update dengan kemajuan dunia kepenulisan, meski poster idola dan kolom cerpen yang menjadi alasan kuat kami mengumpulkan sisa uang jajan untuk membeli majalah yang cukup mahal ini. Dan menulis diary juga menjadi kegiatan sehari-hari kami. Kegiatan menulis ini tetap berlanjut meski tidak lagi ditulis rutin setiap hari.

Dua ribu sebelas lalu tepat setelah lulus Sekolah Menengah Atas, meski belum memiliki laptop akhirnya Aku memutuskan untuk membuat blog, tujuan khusus? tidak ada. Semangat bolak-balik ke warnet hanya untuk menulis hal kecil yang dulu itu menghasilkan kebahagiaan tersendiri. Berlama-lama menatap layar komputer meski tidak ada notifikasi atas tulisanku. Hampir setiap hari Aku menyisihkan waktu satu jam untuk berada di skat-skat papan warnet sekalipun tak ada yang ingin di tulis. Hingga pada tahun 2012 lalu Aku berhasil mengumpulkan uang untuk membeli laptop, ini terjadi setelah Aku mengikuti seminar kepenulisan.

Memiliki notebook khusus untuk puisi-puisi yang ku tulis sendiri, satu-dua Aku publikasikan di blog ini, sampai pada akhirnya Aku mengetahui karya ku di plagiat seseorang hanya untuk memenuhi nilai mata kuliahnya, parahnya beberapa kata diubah seenaknya, blog merupakan salah satu wadah tugas-tugas dari salah satu kampus swasta ternama, dia melakukannya disana. Sejak saat itu, Aku mulai redup membagikan apa yang ku tulis, kecewa.

Kejadian itu semakin membuat Aku hanya mempublikasikan tulisan-tulisan yang tidak terlalu berbobot namun merasa tetap layak dinikmati. Menulis apa adanya, tanpa pemikiran keras seperti susahnya merangkai kata menjadi sebuah puisi. Lambat laun kekecewaan itu hilang, "Ah masa karena di plagiat doang jadi gini, adanya plagiat bukti kalau karya Aku bagus kan!" Aku memupuk diriku sendiri.

Beberapa tahun lalu, saat Aku masih duduk dibangku perkuliahan, Kepala Program Studi yang juga menjadi salah satu dosen mata kuliahku bercerita di depan kelas tentang perkembangan zaman yang membuat orang lebih suka bercerita dengan orang-orang ketimbang buku diary, membanggakan orang-orang yang masih bertahan menulis diary, baginya orang yang menyisihkan waktu untuk menulis adalah hebat. Aku tidak mengacungkan tangan ketika beliau bertanya. Dari dalam hati saja Aku sudah merasa sangat bangga. Dan beberapa dosen lain diwaktu yang berbeda bertanya disela-sela mata kulaih, "Ada yang punya blog?" atau "Ada yang suka nulis?" Semua teman-teman sekelas menunjuk dan menyebut namaku!

Dilain hal, setelah lulus kuliah. Menghadiri sebuah acara pernikahan teman semasa sekolah dulu, bertemu dengan teman-teman yang sudah lama tidak bertemu dan tidak pernah berkomunikasi. "Masih suka nulis?" , "Masih suka ngeblog?" Pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah ku sangka dan jelas membuat Aku bangga, sambil bicara dalam hati "harus lebih rajin lagi nulisnya.", mengingat sejak dibangku kuliah blog ku jarang tersentuh.

Selain menulis, Aku juga suka membaca novel. Sejak sekolah Aku berusaha minimal membeli satu buku setiap bulannya. Hingga di akhir tahun 2016 lalu sebuah penerbit buku membuat lomba resensi melalui blog, yang kebetulan buku yang di resensi Aku miliki dan sudah ku baca, ini menjadi kali kedua atau mungkin kali ketiga Aku mengikuti lomba, sehingga saat membuat resensinya Aku tidak berpikir keras bahkan tidak membaca ulang bukunya kembali, mantab dan yakin dengan tulisan seadanya. Pun, tidak terlalu menunggu hasil pengumumannya dan justru lupa jadwal pengumuman lomba ini, pasrah.

Saat itu, iseng membuka kolom timeline instagram, pengumuman itu muncul, dan namaku ada di juara 3. Bahagia? Jelas. Karena Aku tak pernah menyangka. Sejak itu, Aku yang tadinya tidak terlalu mengikuti lomba-lomba blog jadi terus mengikuti bahkan mencari tahu, "Ada lomba blog competition lagi gak ya?." Tersadar bahwa blog bukan hanya memberikan kebahagiaan tersendiri dalam berbagi cerita, tapi juga bisa menghasilkan uang yang tak terduga. Salahnya setelah lomba resensi itu Aku jadi mengganggap remeh "Ah kemarin nulis gitu doang menang." Membuat Aku tidak menulis lebih serius, padahal lomba-lomba yang Aku ikuti terbilang lebih sulit dari sebelumnya dan saingannya adalah mastah-mastah blogger. Apa yang didapat? Dari sekitar belasan lomba yang Aku ikuti pada tahun 2018 lalu, menang? Tidak satu pun gelar juara Aku dapatkan kembali.

Sekarang?

Setelah semua yang ku lalui, Aku semakin banyak belajar, semangatku semakin tinggi, terus berpikir bagaimana agar tulisan ku lebih baik dan kreatif, lebih bermanfaat bahkan untuk usia pembaca yang lebih muda, dan itu semua dimulai dengan mengganti domain sendiri di tahun baru ini. Tak segan-segan membuka buku catatan zaman sekolah dulu mengenai tulisan yang baik dan benar, membaca kamus untuk memperbanyak kosa kata, juga mencari artikel resmi jika itu dibutuhkan untuk mendukung tulisan, atau menyambangi sumbernya langsung agar mendapatkan data yang maksimal.

Narablog (Blogger)
Kali ini tulisan ku pun untuk mengikuti lomba blog nodi, selain kembali untuk mengasah tulisan, Aku mulai berpikir akan membuat sebuah komitmen apa pada blog ku selanjutnya, menjadi blogger full time kah? atau part time?. Setelah melalui semua pengalaman, yang jelas mau fokus penuh terhadap blog atau hanya menyempatkan diri separuh waktu untuk blog tidak boleh lupa pada tujuan awal, menjadi bermanfaat untuk orang lain sekalipun ilmu atau materi yang kita punya masih sedikit, Aku sependapat juga dengan kalimat ini "Apa gunanya bahagia jikalau hanya dirasakan seorang diri saja? Apa pentingnya kilauan materi jika tak pernah berbagi?" - Adhi Nugroho


Berada di Masa Depan

Aku menganggap hari ini, setiap harinya adalah masa depan, membuat Aku melakukan semua hal dengan sebaik mungkin. Begitu juga dengan menyambut tahun 2019 dengan resolusi penuh, memanfaatkan umur yang diberikan agar hidup tidak melulu tentang penyesalan.

Sebagai penyuka burung hantu (Owly atau Owl Addict), Aku belajar bagaimana layaknya seperti burung hantu yang semakin banyak dia melihat, semakin dikit dia berbicara. Semakin dikit dia berbicara, semakin banyak dia mendengar.

Sebagai lulusan sarjana pendidikan matematika dan bercita-cita menjadi guru serta ingin sekali mengabdi pada negeri untuk memajukan pendidikan di daerah terpencil dan pedalaman, Aku sadar belum bisa masuk ke lembaga karena masih memikirkan waktu yang akan terkuras oleh itu, jadi sampai kini baru bisa melayani anak-anak dari rumah ke rumah, sambil belajar bagaimana memahami setiap karakter murid dari les privat ini, agar jika esok hari diberi kesempatan, Aku akan berusaha menjadi guru sebaik mungkin.

Sebagai benih entrepreneur  Aku berusaha benar-benar menjadi seorang pengusaha yang melewati setiap proses, dari nol. Berharap planning tidaklah hanya sekedar wacana, segera memberikan sedikit ruang untuk lapangan pekerjaan.

Sebagai bilbliophile Aku akan terus berusaha membeli, merawat, dan meminjamkan buku-buku bahkan berusaha membuka perpustakaan kecil untuk memberi sedikit wadah bagi  para pembaca, terkhusus untuk orang-orang terdekat.

Dan sebagai blogger Aku mengharapkan mulai tahun ini bisa menyuguhkan sedikit konten pendidikan, seperti berbagi semua catatan matematika dari zaman Sekolah Menengah Pertama sampai catatan kuliah yang buku-bukunya masih tersimpan rapi misalnya, dan konsisten dalam membagikan informasi yang lebih bermanfaat.

Perubahan Besar

Beberapa hari lalu, saat Aku berkunjung ke rumah dosen yang pernah mengajar ku dulu, beliau mengingatkan bahwa "Setiap pilihan itu memiliki perannya masing-masing dan penting, kamu bisa memotivasi orang lain dari blog."

Menjadi narablog tentu hal yang menguntungkan apalagi di zaman era digital yang semakin canggih. Ketika seorang blogger sibuk mencari tahu dalam mengumpulkan bahan untuk sebuah tulisan yang ingin dibagikan, selanjutnya menjadi sedikit lebih tahu,  dan secara tidak langsung tanpa sadar juga  memberi tahu.

Informasi yang diberikan secara tersurat maupun tersirat memberikan makna bagi setiap pembacanya, yang bahkan menimbulkan efek besar dengan hal yang terlihat kecil seperti ini. Kita tidak pernah tahu saat seseorang sedang melakukan apa bisa terbuka pikiran dan hatinya, jika salah satunya adalah dari membaca postingan blog, lalu kenapa kita tidak memberikan yang terbaik.

Himpunan Blogger Versi Ku

So, dari semua cerita singkat ini, Aku paham bahwa hidup hanya untuk belajar, dan yang terpenting belajarlah sesuai apa yang kita suka agar hasilnya tidak pernah mengecewakan sekalipun kita gagal. Menyesal karena telah melakukan lebih baik daripada tidak pernah mencoba melakukan bukan?

Read More

Share Tweet Pin It +1

1 Comments

In CERPEN

Performance a Sensation !


Bulan bersinar sangat terang dimalam itu, disebrang jalan terlihat telepon umum yang dipadati orang banyak. Membuat suasana malam itu menjadi sangat ramai, tidak ketinggalan pula angin menghembus membelai rambut. Beberapa anak laki-laki tampak berdiri disana, tidak jauh dari keramaian terlihat seorang lelaki bertopi, sedang duduk sambil menekan tombol ponselnya. Wajah manisnya memerah.
"Hallo, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, kamu lagi ngapain?" tanya Nurdin.
"Lagi ngerjain tugas. Ada apa?"
"Engga, iseng aja...."
"Aku tutup yah?"
"E...e...eh.. jangan ditutup dulu, sebenerrnya... hm... sebenernya... aku cuma mau bilang kalau aku... kalau aku... suka sama kamu."
"Apa?"
"Kalo aku, sebenernya suka sama kamu!"
"Sorry, udah malam nih. Dah..."
"Eh ntar dulu dong, kamu kan belum jawab pernyataan dari aku?"
"Iya..."
"Iya apanya?"
"Aku juga suka sama kamu"
"Beneran? kamu mau jadi pacar aku? gak nyesel?"
"Kamu tau sekarang jam berapa?"
Nurdin pun melirik jam pada tangannya "Aku tau, jam setengah sepuluh kan?"
"Aku ngantuk..."
"Ya udah, maaf ya. Aku udah ganggu. Selamat tidur ya, good night, jangan lupa mimpiin aku"
"Terima kasih"sahut Septi malas
"Cepet tutup teleponnya, katanya ngantuk!" terdengar suara Nurdin sedikit keras.
"Oh... Aku yang tutup? maaf ya, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
"Blep!"
Septi menghela napas, merasa lelah dengan semua tugas sekolah yang ia kerjakan, tak lama pun ia tertidur.


 Septi memasuki kelas, disitu terdapat beberapa sahabatnya yang sedang asyik ngobrol dan bercanda ria.
"Kenapa? keliatannya hari ini ceria banget."tanya Ayu
"Lagi jatuh cinta ya? cerita dong..."pinta Ida
"Tadi malam Nurdin nelpon, dia menyatakan perasaannya"
"Terus diterima...?"tanya Siti
"Iya..."
"Tapi kan lu masih jadian sama Dewo, kalo ketahuan gimana?"tanyanya lagi
"Ya, justru itu lu semua jaga rahasia ini."
Bel masuk pun berbunyi.
***

Seminggu sudah Septi berpacaran dengan Nurdin, dalam seminggu itu juga Septi jarang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya.
"Wo, apa lu masih jadian sama Septi?"tanya Imah
"Masih, emang kenapa?"
"Sebenernya.... Septi kan ngeduain lu."
"Iya??!"tanya Dewo terkejut
"Iya bener"
"Yaudah biarin aja."jawab Dewo lantang

Entah apa yang terjadi pada Dewo, sementara itu Siti yang tanpa sengaja mendengar pembicaraan Dewo dan Imah dikelas langsung menuju kantin dimana Septi dengan sahabat-sahabatnya berkumpul dan langsung memeberitahu apa yang dia dengar barusan.
Setelah Dewo mengetahui Septi selama ini menduakannya, Dewo memutuskan kalau hubungan mereka memang tidak bisa diteruskan lagi. Disisi lain, Septi berpikir Dewo mutusin dirinya karena dia menduakannya atau karena memang dia lagi deket sama mantanya, Dhea. Sehingga hubungan ini berakhir begitu saja.
***
Dua hari setelah kejadian itu berlalu, saat itu terlihat seorang lelaki berjalan menuju arah rumah Septi.
"Tok... tok... tok...Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, Wahyu? Ada apa kesini?"
"Engga cuma mau main aja, bolehkan?"
"Boleh..."
Septi mempersilahkan Wahyu duduk dan dia pun mulai basa basi.
"Aku ganggu ya?"
"Engga kok"
"Ngomong-ngomong dirumah ada siapa?"
'Cuma ada kita berdua disini"
"Hm, sebenernya sih... aku mau ngomong sesuatu sama kamu"
"Maksudnya sesuatu apa?"
"Semenjak aku melihat dan kenal kamu, aku langsung suka sama kamu"
Septi tersenyum kecil, dia menganggap perkataan Wahyu hanya lelucon karena Septi pacarnya Nurdin, sementara Nurdin sahabatnya Wahyu.
"Aku jujur. Aku emang suka sama kamu"ungkap Wahyu lagi. "Aku tau kamu masih jadian sama Nurdin tapi apa boleh buat kalo kenyataannya aku bener-bener suka sama kamu. Dan... dan kita kan bisa backstreet."
"Backstreet?"
"Iya, jadi kita bisa pacaran dibelakang Nurdin, aku tau... kamu gak bisa langsung jawab tapi aku minta jawaban kamu secepatnya. Aku pulang dulu ya, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"

Septi menjatuhkan tubuhnya diranjang, ucapan Wahyu barusan telah menggangu pikirannya.
Kenapa harus ada sesuatu yang membingungkan seperti ini? apakah ia harus menerimanya? apa yang harus dilakukannya? kalau ia menerima Wahyu itu akan menyakiti hati Nurdin, tapi kalau ia tidak menerimanya bukankah itu akan mengecewakan hati Wahyu?
"tiitt...tiit...tiiit..." (sms masuk)
"Aku emang salah telah menghancurkan persahabatan kita. Tapi, aku juga gak mau bohongi perasaan sendiri kalau aku cinta banget sama kamu Sep! aku akan tunggu jawaban dari kamu."
Sore pun tiba, Septi menuju ke tempat dimana sekarang teman-temannya berkumpul, ia bingung dengan semua ini. Ingin meneceritakan apa yang terjadi kepada teman-temannya dan ingin meminta petunjuk dari mereka.
Perbincangan pun selesai, mereka juga tak tahu apa yang arus dilakukan, tapi secepatnya Septi harus menjawabnya. Ia pun kembali kerumah, tak lama terdengar suara motor berhenti didepan rumah, Septi bangun dari duduknya, untuk melihat siapa yang datang. Wahyu sudah berdiri didepan pagar. Septi menghampiri dan mempersilahkan duduk.
"Sep, aku mau bicara." kata Wahyu yang langsusng duduk disebelah sana.
"Kan bisa nanti yu."
"Engga, aku maunya sekarang"
Septi pun duduk, menduduki kursi disebelah Wahyu dengan malas-malasan.
"Oke... " Septi membuka pembicaraan
"Aku tau, kamu kecewa sama aku. Tapi aku cuma mau melegakan hati aku, Sep. Aku gak akan maksa kamu untuk jawab iya, dan aku mau jawaban kamu sekarang"
"Aku... udah mikirin ini semua. Aku... mau nerima kamu."
"Serius?" sahut Wahyu tersenyum
"Iya, tapi aku minta sama kamu supaya Nurdin gak mengetahui ini semua."
"Aku janji"

***
Hampir seminggu sudah Septi menjalani hubungan dengan Wahyu, selepas itu Septi mengikuti Study Tour ke Bandung, selesai mengelilingi objek wisata para murid kembali ke penginapan, Septi, Ayu, Ida, Yanti, dan Siti beristirahat dikamar nomor 105. Pukul 19:30 suara handphone berbunyi, handphone itu milik Ida.
"Siapa da?" tanya yang lain serentak
"Wahyu"
"Apa isinya? bacain dong."pinta Septi
"Da, jangan bilang ke Septi ya, kalo tadi aku ngeliat Nurdin sama Angel, dan mereka pegang-pegangan tangan, aku gak bohong kok aku ngeliat sendiri"dengan suara cukup keras Ida membacanya.
Setelah itu, Ida pun langsung sms ke Nurdin.
"Din, Septi marah tuh."
Tak lama kemudian Nurdin langsung membalasnya.
"Marah kenapa? emang aku salah apa? bener aku gak ngelakuin apa-apa kok, kalo emnag kau salah, bilangin aku minta maaf."

***
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, masa-masa telah terlewati. Hingga disuatu hari Nurdin mengetahui kalau Septi suka sms Wahyu dengan sebutan 'Sayang" disitu juga Nurdin minta putus. Tapi Septi berusaha menjelaskan semuanya dan berbicara bahwa yang sms itu Ida bukan dirinya. Dan Nurdin percaya, akhirnya mereka balikan lagi. Septi merasa terpaksa melakukan itu karena tidak mau Nurdin sakit hati atas semuanya. Sementara Septi masih sayang dengan Nurdin dan Wahyu. Hari itu juga Wahyu minta putus, meski Wahyu bilang masih sayang tapi permintaan ini karena dia merasa sudah lelah pacaran backstreet kayak gini, malam itu mereka semua berkumpul, dengan berbisik Wahyu bilang pada Septi kalau mereka tidak jadi putus.
"Hallo Assalamualaikum"
'Waalaikumsalam, Septi?"
"Ada apa?"
"Kamu lagi ngapain?"
"Lagi jam istirahat, kenapa?"
"Pulang sekolah nanti kamu kerumah aku ya"
"Ngapain?"
"Ada yang mau aku omongin, penting."
"Yaudah, Assalamualaikum."
 Teeeetttt... teeeetttt.... teeettttt......! bel pun berbunyi, anak-anak berebut ingin keluar kelas. Septi langsung menuju rumah Nurdin, sampai disana hanya ada Nurdin dan Ridwan.
"Ada apa kok aku disuruh kesini?"
"Nanti aja ya."jawab Nurdin
"Kalo gak penting aku pulang aja ya, cape nih"
"Yaudah pulang aja!"seru Nurdin sedikit kesal
"Kamu marah sama aku?"
"Sebenernya kamu tuh sayang gak sih sama aku?"
"Iya aku sayang sama kamu dan aku minta maaf kalo aku ada salah"
Nurdin hanya diam, tidak menghiraukan perkataan Septi, Septi pun langsung keluar sampai di depan pintu Nurdin menghampiri dan mencium pipi kanan Septi dan mengatakan "Terima kasih kamu masih sayang sama aku." Septi tidak menyangka Nurdin akan melakukan itu, berharap Wahyu tidak melihatnya.

Hari ini, Nurdin bolos sekolah, entah apa alasannya tapi Nurdin meminta Septi untuk kerumahnya.
Di tulis pada waktu aku kelas VIII :D, maafkan yang masih kaku namun keinginan menulis selalu nomor satu -_-"


Bersambung....

*Cerpen ini ditulis pada 2007 saat Aku duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

Aku (Simu)

My photo
: Tuang kata, ukir makna, pena menari, acak akal, kaya-karya.

Comments