In

Ketika Hobi Jadi Kebanggaan dan Penghasilan


Masa Lalu Ku

Well, mengingat masa lalu itu tidak selalu buruk. Dulu saat baru masuk Madrasah Tsanawiyah Aku bertemu dengan seseorang yang akhirnya menjadi teman sepergi dan sepulang barengan karena arah rumah kita sama, teman yang juga menyukai hal yang sama dengan apa yang Aku suka, yaps! dunia kepenulisan, dua bocah ingusan yang belum ada apa-apanya ini bahkan berani mengambil keputusan untuk mengikuti lomba nasional, mencari tahu dan bolak-balik sendiri meski kami merasa perlu adanya bimbingan dari orang yang lebih tua, lebih berpengalaman, karena ini benar-benar pengalaman kami untuk yang  pertama kali. Semangat ke kantor pos untuk mengirim hasil akhir dari tulisan kami masing-masing. Apa hasilnya? tentu saja kami gagal. Alih-alih "iseng-iseng berhadiah" yang membuat kami justru tidak kecewa dan tetap bahagia, menang mendapat hadiah jika kalah tak masalah.

Dulu, setiap bulan kami juga mengikuti salah satu majalah nasional remaja agar selalu update dengan kemajuan dunia kepenulisan, meski poster idola dan kolom cerpen yang menjadi alasan kuat kami mengumpulkan sisa uang jajan untuk membeli majalah yang cukup mahal ini. Dan menulis diary juga menjadi kegiatan sehari-hari kami. Kegiatan menulis ini tetap berlanjut meski tidak lagi ditulis rutin setiap hari.

Dua ribu sebelas lalu tepat setelah lulus Sekolah Menengah Atas, meski belum memiliki laptop akhirnya Aku memutuskan untuk membuat blog, tujuan khusus? tidak ada. Semangat bolak-balik ke warnet hanya untuk menulis hal kecil yang dulu itu menghasilkan kebahagiaan tersendiri. Berlama-lama menatap layar komputer meski tidak ada notifikasi atas tulisanku. Hampir setiap hari Aku menyisihkan waktu satu jam untuk berada di skat-skat papan warnet sekalipun tak ada yang ingin di tulis. Hingga pada tahun 2012 lalu Aku berhasil mengumpulkan uang untuk membeli laptop, ini terjadi setelah Aku mengikuti seminar kepenulisan.

Memiliki notebook khusus untuk puisi-puisi yang ku tulis sendiri, satu-dua Aku publikasikan di blog ini, sampai pada akhirnya Aku mengetahui karya ku di plagiat seseorang hanya untuk memenuhi nilai mata kuliahnya, parahnya beberapa kata diubah seenaknya, blog merupakan salah satu wadah tugas-tugas dari salah satu kampus swasta ternama, dia melakukannya disana. Sejak saat itu, Aku mulai redup membagikan apa yang ku tulis, kecewa.

Kejadian itu semakin membuat Aku hanya mempublikasikan tulisan-tulisan yang tidak terlalu berbobot namun merasa tetap layak dinikmati. Menulis apa adanya, tanpa pemikiran keras seperti susahnya merangkai kata menjadi sebuah puisi. Lambat laun kekecewaan itu hilang, "Ah masa karena di plagiat doang jadi gini, adanya plagiat bukti kalau karya Aku bagus kan!" Aku memupuk diriku sendiri.

Beberapa tahun lalu, saat Aku masih duduk dibangku perkuliahan, Kepala Program Studi yang juga menjadi salah satu dosen mata kuliahku bercerita di depan kelas tentang perkembangan zaman yang membuat orang lebih suka bercerita dengan orang-orang ketimbang buku diary, membanggakan orang-orang yang masih bertahan menulis diary, baginya orang yang menyisihkan waktu untuk menulis adalah hebat. Aku tidak mengacungkan tangan ketika beliau bertanya. Dari dalam hati saja Aku sudah merasa sangat bangga. Dan beberapa dosen lain diwaktu yang berbeda bertanya disela-sela mata kulaih, "Ada yang punya blog?" atau "Ada yang suka nulis?" Semua teman-teman sekelas menunjuk dan menyebut namaku!

Dilain hal, setelah lulus kuliah. Menghadiri sebuah acara pernikahan teman semasa sekolah dulu, bertemu dengan teman-teman yang sudah lama tidak bertemu dan tidak pernah berkomunikasi. "Masih suka nulis?" , "Masih suka ngeblog?" Pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah ku sangka dan jelas membuat Aku bangga, sambil bicara dalam hati "harus lebih rajin lagi nulisnya.", mengingat sejak dibangku kuliah blog ku jarang tersentuh.

Selain menulis, Aku juga suka membaca novel. Sejak sekolah Aku berusaha minimal membeli satu buku setiap bulannya. Hingga di akhir tahun 2016 lalu sebuah penerbit buku membuat lomba resensi melalui blog, yang kebetulan buku yang di resensi Aku miliki dan sudah ku baca, ini menjadi kali kedua atau mungkin kali ketiga Aku mengikuti lomba, sehingga saat membuat resensinya Aku tidak berpikir keras bahkan tidak membaca ulang bukunya kembali, mantab dan yakin dengan tulisan seadanya. Pun, tidak terlalu menunggu hasil pengumumannya dan justru lupa jadwal pengumuman lomba ini, pasrah.

Saat itu, iseng membuka kolom timeline instagram, pengumuman itu muncul, dan namaku ada di juara 3. Bahagia? Jelas. Karena Aku tak pernah menyangka. Sejak itu, Aku yang tadinya tidak terlalu mengikuti lomba-lomba blog jadi terus mengikuti bahkan mencari tahu, "Ada lomba blog competition lagi gak ya?." Tersadar bahwa blog bukan hanya memberikan kebahagiaan tersendiri dalam berbagi cerita, tapi juga bisa menghasilkan uang yang tak terduga. Salahnya setelah lomba resensi itu Aku jadi mengganggap remeh "Ah kemarin nulis gitu doang menang." Membuat Aku tidak menulis lebih serius, padahal lomba-lomba yang Aku ikuti terbilang lebih sulit dari sebelumnya dan saingannya adalah mastah-mastah blogger. Apa yang didapat? Dari sekitar belasan lomba yang Aku ikuti pada tahun 2018 lalu, menang? Tidak satu pun gelar juara Aku dapatkan kembali.

Sekarang?

Setelah semua yang ku lalui, Aku semakin banyak belajar, semangatku semakin tinggi, terus berpikir bagaimana agar tulisan ku lebih baik dan kreatif, lebih bermanfaat bahkan untuk usia pembaca yang lebih muda, dan itu semua dimulai dengan mengganti domain sendiri di tahun baru ini. Tak segan-segan membuka buku catatan zaman sekolah dulu mengenai tulisan yang baik dan benar, membaca kamus untuk memperbanyak kosa kata, juga mencari artikel resmi jika itu dibutuhkan untuk mendukung tulisan, atau menyambangi sumbernya langsung agar mendapatkan data yang maksimal.

Narablog (Blogger)
Kali ini tulisan ku pun untuk mengikuti lomba blog nodi, selain kembali untuk mengasah tulisan, Aku mulai berpikir akan membuat sebuah komitmen apa pada blog ku selanjutnya, menjadi blogger full time kah? atau part time?. Setelah melalui semua pengalaman, yang jelas mau fokus penuh terhadap blog atau hanya menyempatkan diri separuh waktu untuk blog tidak boleh lupa pada tujuan awal, menjadi bermanfaat untuk orang lain sekalipun ilmu atau materi yang kita punya masih sedikit, Aku sependapat juga dengan kalimat ini "Apa gunanya bahagia jikalau hanya dirasakan seorang diri saja? Apa pentingnya kilauan materi jika tak pernah berbagi?" - Adhi Nugroho


Berada di Masa Depan

Aku menganggap hari ini, setiap harinya adalah masa depan, membuat Aku melakukan semua hal dengan sebaik mungkin. Begitu juga dengan menyambut tahun 2019 dengan resolusi penuh, memanfaatkan umur yang diberikan agar hidup tidak melulu tentang penyesalan.

Sebagai penyuka burung hantu (Owly atau Owl Addict), Aku belajar bagaimana layaknya seperti burung hantu yang semakin banyak dia melihat, semakin dikit dia berbicara. Semakin dikit dia berbicara, semakin banyak dia mendengar.

Sebagai lulusan sarjana pendidikan matematika dan bercita-cita menjadi guru serta ingin sekali mengabdi pada negeri untuk memajukan pendidikan di daerah terpencil dan pedalaman, Aku sadar belum bisa masuk ke lembaga karena masih memikirkan waktu yang akan terkuras oleh itu, jadi sampai kini baru bisa melayani anak-anak dari rumah ke rumah, sambil belajar bagaimana memahami setiap karakter murid dari les privat ini, agar jika esok hari diberi kesempatan, Aku akan berusaha menjadi guru sebaik mungkin.

Sebagai benih entrepreneur  Aku berusaha benar-benar menjadi seorang pengusaha yang melewati setiap proses, dari nol. Berharap planning tidaklah hanya sekedar wacana, segera memberikan sedikit ruang untuk lapangan pekerjaan.

Sebagai bilbliophile Aku akan terus berusaha membeli, merawat, dan meminjamkan buku-buku bahkan berusaha membuka perpustakaan kecil untuk memberi sedikit wadah bagi  para pembaca, terkhusus untuk orang-orang terdekat.

Dan sebagai blogger Aku mengharapkan mulai tahun ini bisa menyuguhkan sedikit konten pendidikan, seperti berbagi semua catatan matematika dari zaman Sekolah Menengah Pertama sampai catatan kuliah yang buku-bukunya masih tersimpan rapi misalnya, dan konsisten dalam membagikan informasi yang lebih bermanfaat.

Perubahan Besar

Beberapa hari lalu, saat Aku berkunjung ke rumah dosen yang pernah mengajar ku dulu, beliau mengingatkan bahwa "Setiap pilihan itu memiliki perannya masing-masing dan penting, kamu bisa memotivasi orang lain dari blog."

Menjadi narablog tentu hal yang menguntungkan apalagi di zaman era digital yang semakin canggih. Ketika seorang blogger sibuk mencari tahu dalam mengumpulkan bahan untuk sebuah tulisan yang ingin dibagikan, selanjutnya menjadi sedikit lebih tahu,  dan secara tidak langsung tanpa sadar juga  memberi tahu.

Informasi yang diberikan secara tersurat maupun tersirat memberikan makna bagi setiap pembacanya, yang bahkan menimbulkan efek besar dengan hal yang terlihat kecil seperti ini. Kita tidak pernah tahu saat seseorang sedang melakukan apa bisa terbuka pikiran dan hatinya, jika salah satunya adalah dari membaca postingan blog, lalu kenapa kita tidak memberikan yang terbaik.

Himpunan Blogger Versi Ku

So, dari semua cerita singkat ini, Aku paham bahwa hidup hanya untuk belajar, dan yang terpenting belajarlah sesuai apa yang kita suka agar hasilnya tidak pernah mengecewakan sekalipun kita gagal. Menyesal karena telah melakukan lebih baik daripada tidak pernah mencoba melakukan bukan?

Related Articles

1 komentar:

  1. Mantab kak smg tetap menginspirasi melalui blog yah kak :)

    ReplyDelete

Aku (Simu)

My photo
: Tuang kata, ukir makna, pena menari, acak akal, kaya-karya.

Comments