In CERPEN

Performance a Sensation !


Bulan bersinar sangat terang dimalam itu, disebrang jalan terlihat telepon umum yang dipadati orang banyak. Membuat suasana malam itu menjadi sangat ramai, tidak ketinggalan pula angin menghembus membelai rambut. Beberapa anak laki-laki tampak berdiri disana, tidak jauh dari keramaian terlihat seorang lelaki bertopi, sedang duduk sambil menekan tombol ponselnya. Wajah manisnya memerah.
"Hallo, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, kamu lagi ngapain?" tanya Nurdin.
"Lagi ngerjain tugas. Ada apa?"
"Engga, iseng aja...."
"Aku tutup yah?"
"E...e...eh.. jangan ditutup dulu, sebenerrnya... hm... sebenernya... aku cuma mau bilang kalau aku... kalau aku... suka sama kamu."
"Apa?"
"Kalo aku, sebenernya suka sama kamu!"
"Sorry, udah malam nih. Dah..."
"Eh ntar dulu dong, kamu kan belum jawab pernyataan dari aku?"
"Iya..."
"Iya apanya?"
"Aku juga suka sama kamu"
"Beneran? kamu mau jadi pacar aku? gak nyesel?"
"Kamu tau sekarang jam berapa?"
Nurdin pun melirik jam pada tangannya "Aku tau, jam setengah sepuluh kan?"
"Aku ngantuk..."
"Ya udah, maaf ya. Aku udah ganggu. Selamat tidur ya, good night, jangan lupa mimpiin aku"
"Terima kasih"sahut Septi malas
"Cepet tutup teleponnya, katanya ngantuk!" terdengar suara Nurdin sedikit keras.
"Oh... Aku yang tutup? maaf ya, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
"Blep!"
Septi menghela napas, merasa lelah dengan semua tugas sekolah yang ia kerjakan, tak lama pun ia tertidur.


 Septi memasuki kelas, disitu terdapat beberapa sahabatnya yang sedang asyik ngobrol dan bercanda ria.
"Kenapa? keliatannya hari ini ceria banget."tanya Ayu
"Lagi jatuh cinta ya? cerita dong..."pinta Ida
"Tadi malam Nurdin nelpon, dia menyatakan perasaannya"
"Terus diterima...?"tanya Siti
"Iya..."
"Tapi kan lu masih jadian sama Dewo, kalo ketahuan gimana?"tanyanya lagi
"Ya, justru itu lu semua jaga rahasia ini."
Bel masuk pun berbunyi.
***

Seminggu sudah Septi berpacaran dengan Nurdin, dalam seminggu itu juga Septi jarang berkumpul dengan sahabat-sahabatnya.
"Wo, apa lu masih jadian sama Septi?"tanya Imah
"Masih, emang kenapa?"
"Sebenernya.... Septi kan ngeduain lu."
"Iya??!"tanya Dewo terkejut
"Iya bener"
"Yaudah biarin aja."jawab Dewo lantang

Entah apa yang terjadi pada Dewo, sementara itu Siti yang tanpa sengaja mendengar pembicaraan Dewo dan Imah dikelas langsung menuju kantin dimana Septi dengan sahabat-sahabatnya berkumpul dan langsung memeberitahu apa yang dia dengar barusan.
Setelah Dewo mengetahui Septi selama ini menduakannya, Dewo memutuskan kalau hubungan mereka memang tidak bisa diteruskan lagi. Disisi lain, Septi berpikir Dewo mutusin dirinya karena dia menduakannya atau karena memang dia lagi deket sama mantanya, Dhea. Sehingga hubungan ini berakhir begitu saja.
***
Dua hari setelah kejadian itu berlalu, saat itu terlihat seorang lelaki berjalan menuju arah rumah Septi.
"Tok... tok... tok...Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam, Wahyu? Ada apa kesini?"
"Engga cuma mau main aja, bolehkan?"
"Boleh..."
Septi mempersilahkan Wahyu duduk dan dia pun mulai basa basi.
"Aku ganggu ya?"
"Engga kok"
"Ngomong-ngomong dirumah ada siapa?"
'Cuma ada kita berdua disini"
"Hm, sebenernya sih... aku mau ngomong sesuatu sama kamu"
"Maksudnya sesuatu apa?"
"Semenjak aku melihat dan kenal kamu, aku langsung suka sama kamu"
Septi tersenyum kecil, dia menganggap perkataan Wahyu hanya lelucon karena Septi pacarnya Nurdin, sementara Nurdin sahabatnya Wahyu.
"Aku jujur. Aku emang suka sama kamu"ungkap Wahyu lagi. "Aku tau kamu masih jadian sama Nurdin tapi apa boleh buat kalo kenyataannya aku bener-bener suka sama kamu. Dan... dan kita kan bisa backstreet."
"Backstreet?"
"Iya, jadi kita bisa pacaran dibelakang Nurdin, aku tau... kamu gak bisa langsung jawab tapi aku minta jawaban kamu secepatnya. Aku pulang dulu ya, Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"

Septi menjatuhkan tubuhnya diranjang, ucapan Wahyu barusan telah menggangu pikirannya.
Kenapa harus ada sesuatu yang membingungkan seperti ini? apakah ia harus menerimanya? apa yang harus dilakukannya? kalau ia menerima Wahyu itu akan menyakiti hati Nurdin, tapi kalau ia tidak menerimanya bukankah itu akan mengecewakan hati Wahyu?
"tiitt...tiit...tiiit..." (sms masuk)
"Aku emang salah telah menghancurkan persahabatan kita. Tapi, aku juga gak mau bohongi perasaan sendiri kalau aku cinta banget sama kamu Sep! aku akan tunggu jawaban dari kamu."
Sore pun tiba, Septi menuju ke tempat dimana sekarang teman-temannya berkumpul, ia bingung dengan semua ini. Ingin meneceritakan apa yang terjadi kepada teman-temannya dan ingin meminta petunjuk dari mereka.
Perbincangan pun selesai, mereka juga tak tahu apa yang arus dilakukan, tapi secepatnya Septi harus menjawabnya. Ia pun kembali kerumah, tak lama terdengar suara motor berhenti didepan rumah, Septi bangun dari duduknya, untuk melihat siapa yang datang. Wahyu sudah berdiri didepan pagar. Septi menghampiri dan mempersilahkan duduk.
"Sep, aku mau bicara." kata Wahyu yang langsusng duduk disebelah sana.
"Kan bisa nanti yu."
"Engga, aku maunya sekarang"
Septi pun duduk, menduduki kursi disebelah Wahyu dengan malas-malasan.
"Oke... " Septi membuka pembicaraan
"Aku tau, kamu kecewa sama aku. Tapi aku cuma mau melegakan hati aku, Sep. Aku gak akan maksa kamu untuk jawab iya, dan aku mau jawaban kamu sekarang"
"Aku... udah mikirin ini semua. Aku... mau nerima kamu."
"Serius?" sahut Wahyu tersenyum
"Iya, tapi aku minta sama kamu supaya Nurdin gak mengetahui ini semua."
"Aku janji"

***
Hampir seminggu sudah Septi menjalani hubungan dengan Wahyu, selepas itu Septi mengikuti Study Tour ke Bandung, selesai mengelilingi objek wisata para murid kembali ke penginapan, Septi, Ayu, Ida, Yanti, dan Siti beristirahat dikamar nomor 105. Pukul 19:30 suara handphone berbunyi, handphone itu milik Ida.
"Siapa da?" tanya yang lain serentak
"Wahyu"
"Apa isinya? bacain dong."pinta Septi
"Da, jangan bilang ke Septi ya, kalo tadi aku ngeliat Nurdin sama Angel, dan mereka pegang-pegangan tangan, aku gak bohong kok aku ngeliat sendiri"dengan suara cukup keras Ida membacanya.
Setelah itu, Ida pun langsung sms ke Nurdin.
"Din, Septi marah tuh."
Tak lama kemudian Nurdin langsung membalasnya.
"Marah kenapa? emang aku salah apa? bener aku gak ngelakuin apa-apa kok, kalo emnag kau salah, bilangin aku minta maaf."

***
Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, masa-masa telah terlewati. Hingga disuatu hari Nurdin mengetahui kalau Septi suka sms Wahyu dengan sebutan 'Sayang" disitu juga Nurdin minta putus. Tapi Septi berusaha menjelaskan semuanya dan berbicara bahwa yang sms itu Ida bukan dirinya. Dan Nurdin percaya, akhirnya mereka balikan lagi. Septi merasa terpaksa melakukan itu karena tidak mau Nurdin sakit hati atas semuanya. Sementara Septi masih sayang dengan Nurdin dan Wahyu. Hari itu juga Wahyu minta putus, meski Wahyu bilang masih sayang tapi permintaan ini karena dia merasa sudah lelah pacaran backstreet kayak gini, malam itu mereka semua berkumpul, dengan berbisik Wahyu bilang pada Septi kalau mereka tidak jadi putus.
"Hallo Assalamualaikum"
'Waalaikumsalam, Septi?"
"Ada apa?"
"Kamu lagi ngapain?"
"Lagi jam istirahat, kenapa?"
"Pulang sekolah nanti kamu kerumah aku ya"
"Ngapain?"
"Ada yang mau aku omongin, penting."
"Yaudah, Assalamualaikum."
 Teeeetttt... teeeetttt.... teeettttt......! bel pun berbunyi, anak-anak berebut ingin keluar kelas. Septi langsung menuju rumah Nurdin, sampai disana hanya ada Nurdin dan Ridwan.
"Ada apa kok aku disuruh kesini?"
"Nanti aja ya."jawab Nurdin
"Kalo gak penting aku pulang aja ya, cape nih"
"Yaudah pulang aja!"seru Nurdin sedikit kesal
"Kamu marah sama aku?"
"Sebenernya kamu tuh sayang gak sih sama aku?"
"Iya aku sayang sama kamu dan aku minta maaf kalo aku ada salah"
Nurdin hanya diam, tidak menghiraukan perkataan Septi, Septi pun langsung keluar sampai di depan pintu Nurdin menghampiri dan mencium pipi kanan Septi dan mengatakan "Terima kasih kamu masih sayang sama aku." Septi tidak menyangka Nurdin akan melakukan itu, berharap Wahyu tidak melihatnya.

Hari ini, Nurdin bolos sekolah, entah apa alasannya tapi Nurdin meminta Septi untuk kerumahnya.
Di tulis pada waktu aku kelas VIII :D, maafkan yang masih kaku namun keinginan menulis selalu nomor satu -_-"


Bersambung....

*Cerpen ini ditulis pada 2007 saat Aku duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama

Related Articles

0 komentar:

Post a Comment

Aku (Simu)

My photo
: Tuang kata, ukir makna, pena menari, acak akal, kaya-karya.

Comments