In CERPEN

Sabahat atau pacarmu



Laras bangun terlambat di hari libur ini, terlihat jam weker disampingnya sudah menunjukkan pukul 06.45, tidak berbunyi. Perasaan malas dan kesal meliputi hati dan pikirannya, pagi ini telah mengembalikannya ke dalam nyata. Ia bangun dari tempat tidurnya dan bergegas mengambil handuk lalu mandi.
"Hm.... lagi-lagi mimpiin si Yanti, sudah beberapa hari ini aku mimpiin dia, aku harus melakukan sesuatu." Pikirnya.
"Ya! Ini semua demi persahabatan kita, aku tidak mau seseorang menghancurkan persahabatan yang sudah lama dijalani ini." Tegasnya kembali.

Dari luar kamar terdengar suara seseorang menyiapkan makanan.  Selesai mandi dan berpakaian Laras bergegas mengambil topi kesayangannya, dan menutup pintu kamarnya. Melangkah menuju meja makan.
"Ma, Laras mau ke rumah Yanti." Teriak Laras yang sudah berada dibagasi, duduk diatas sepeda kesayangannya dan dipakainya topi yang sedari tadi dibawa saat sarapan.
"Teet... teet... teeettt...."
"Laras? Ada apa kesini?." Tanya Yanti heran.
"Mau ngomong sesuatu, boleh?"
"Boleh, cuma sebenarnya aku mau pergi sama..." Terangnya yang sudah berpakaian rapi.
"El maksud kamu?" Potong dan tebak Laras
"Iya."
Yanti mempersilahkan Laras untuk masuk dan duduk.
"Mau minum apa?"
"Gak usah, katanya mau pergi. Jadi aku langsung aja."
"Mau ngomong apa sih?."
"Kenapa kamu udah berapa bulam ini gak ikut kumpul bareng kita?."
"Hm...."
"Jawab dong, kenapa? apa karena El?."
"Bukan."
"Terus?, kamu berubah semenjak pacaran sama dia. Dan jujur aja aku sama anak-anak yang lain gak suka sama dia."
"Oke, tapi bukan karena dia."
"Apa alasan kamu kalo bukan karena dia? El berpengaruh buruk buat kamu."
"Tapi dia cinta dan sayang sama aku."
"Cinta? Sayang? El gak sebaik yang kamu pikir."
"Jangan pernag jelek-jelekin dia!."
"Kenapa? Itu benar kan?."
"Kamu gak kenal dia, jadi gak usah sok tahu!."
"Sok tahu? Ti, itu fakta kan? Temen aku bilang dia cuma mau pacaran sama cewek yang cantik, cara pikir dia jelek dan cara dia kalo ngomong tuh keliatan sandiwaranya."

Suasana berlangsung hening seketika, sejenak mereka menghela napas yang panjang."
"Sekarang aku tanya, apa kamu sayang sama dia? Apa kamu cinta?."
"Aku sayang sama dia."
"Tapi kamu gak cinta kan?."
"Itu...."
"Itu benar kan? Ti, aku kenal kamu, aku tau apa yang kamu suka dan apa yang gak kamu suka. Termasuk dalam urusan cowok seperti ini, bahkan sampe sekaranc kamu belum cinta kan sama El?."
"Aku mencoba mencintai dia."
"Ngga ti, kamu gak akan pernah bisa. Kamu masih cinta sama Putra, dia kan yang kamu suka selama ini?."
"Ya... ya..  Bener sih. Tapi aku juga berusaha ngelupain Putra kok." Jawabnya sedikit meragu.
"Berusaha? Lupain Putra? Bisa? Aku tau sifat kamu. Selama ini kamu gonta-ganti pacar, apa kamu bisa cinta sama mereka? Engga kan? Bahkan ngebayangin dia terus dan kalo ketemy Putra kamu masih degdegan."
"Tapi...."
"Udahlah gak usah ngelak lagi. Kenapa sih kamu lebih memilih El dibanding kita? Kita sahabatan udah 4tahun, sementara hubungan kamu sama El aja belum ada setengah tahun dan kamu lebih belain dia?."
"Terserah kamu mau ngomong apa, yang jelas aku sayang sama El."
"Tapi kamu gak tau kalo dia cinta sama kamu itu palsu."
"Maksud kamu?."
"Iya, cinta palsu. Dia ngaku cinta dengan kata-kata pengakuan dan kehangatan yang sebegitunya tapi hatinya penuh kebencian dan kepura-puraan. Apa kamu tau siapa yang dicintainya selama ini?."
"Engga. Lagian apa buktinya?."
"Bukti? Kamu harusnya bisa liat semua perilakunya, cara bicaranya. Kalo emang dia cinta sama kamu apa buktinya? Kamu aja mencoba mencintai dia tapi hati kamu tetap cinta Putra. Bisa aja kan El juga kayak gitu?."
"Enggak mungkinlah!."
"Kamu bilang gak mungkin karena udah kena virus cinta aja, jadi gak bisa liat mana baik dan buruk."
"Cukup! Kalo kalian emang gak suka sama El itu terserah kalian."
"Aku cuma gak mau kamu kenapa-napa ti, aku ini sahabat kamu. Kita semua sayang sama kamu."

Suasana semakin panas, emosi Laras dan Yanti meninggi. Yanti bingung dengan kata-kata Laras, ucapan-ucapan itu mengganggu pikirannya namun berlalu cepat, Yanti menanggap itu hanya angin lalu, ia tahu Laras dan teman-teman yang lain tidak menyukai El.
Terdengar suara motor menghampiri rumah Yanti, suara motor yang tak asing. Yanti beranjak dari duduknya dan melihat siapa yang datang. Dilihatnya El sudah berdiri dibalik pagar rumah.

"Kamu mau pergi sekarang?." Tanya Laras yang sudah berada dibelakangnya.
"Kali kamu gak keberatan untuk pulang, mungkin iya." Jawab Yanti hati-hati.
"Oke, baik. Aku cuma mau kamu percaya sama aku."
"Percaya apa? Tentang omongan kamu tadi? Aku rasa itu gak mungkin dan sulit dipercaya." Tegasnya
"Aku denger semua percakapan El waktu kumpul sama teman-temannta. Kamu tau? Berapa bulan kamu gak kumpul sama kita itu juga semua karena El. El sengaja ngelarang kamu untuk bertemu sama kita. Padahal waktu kamu pacaran sama Qiki, Qiki gak pernah ngelaranf kamu untuk kumpul bareng kita. Sekarang terserah kamu, mau lebih percaya sama dia atau kita. Aku pulang dulu, dah." Ucap Laras lalu pergi.

El yang berdiri disana merasa heran, tatapan Laras saat melewatinya begitu tajam, terlihat ketidaksukaan diwajahnya. Tak lama Yanti pun pergi bersama El dengan sepeda motor yang dibawanya.
Malam tiba, Laras berbaring diranjangnya melihat langit-langit kamarnya, berusaha memejamkan mata, hanya Yanti yang seharian ini ada dibenaknya. Ia merasa gelisah hingga membutuhkan waktu lama untuk terlelap.

***

"Ras, maaf ya. Kalo beberapa bulan ini aku berubah, aku gak nyangka semua omongan kamu benar. El memang pura-pura. Aku malu udah gak percaya sama kamu. Aku harap kalian mau memaafkan dan tetap menerima aku sebagai sahabat kalian. Best friend forever." 
Sms itu langsung dibaca Laras saat terbangun dari tidurnya, dibacanya dalam hati sambil melihat foto mereka bersama teman-teman yang lain yang ada di dinding kamarnya dengan senyuman yang menghiasi wajahnya yang manis, "Best friend forever." Ucapnya dalam hati.


Related Articles

0 komentar:

Post a Comment

Aku (Simu)

My photo
: Tuang kata, ukir makna, pena menari, acak akal, kaya-karya.

Comments