In CERPEN

Ungkapan yang (tidak) terlambat


Lampu kamar sudah lama redup, Zi masih belum juga memejamkan mata, segala kesah risuh di kepalanya begitu mengganggu, terus bergumam dalam hati mengulang kalimat yang sama.

"Apa aku yang harus lebih dulu mengatakan?"

Ragu semakin menggebu akibat menyadari pesan terakhir itu juga tak dibalas, belum lagi ini sudah terlalu lama berjeda.

"Bangun mbak, katanya nanti mau main sama temannya." Si bontot Awa sudah berada diatas kasur menggoyangkan badan kakaknya lantas pergi membuka tirai jendela, meminta bantuan pada matahari untuk menyiram wajah kakaknya dengan sinar yang benderang.

"Iya wa, makasih udah dibangunin." Balas Zi dengan suara parau yang entah jawaban itu terdengar atau tidak, adiknya sudah berada diluar kamarnya.

Separuh raganya semangat, separuh lagi tidak. Hal-hal yang membuat kacau pikirannya telah memperdaya, hanya saja sebagai anak tertua dia merasa harus terlihat baik-baik saja.

Tidak banyak pohon di sepanjang jalan gang rumah Zi, hanya ada satu dua itupun daunnya sudah mulai mengering, ini musim panas. Jam main yang mereka buat terjadwal di siang bolong, dengan peluh bercucuran di belokan terakhir Gre lupa arah rumah Zi dan memutuskan video call, meminta diarahkan hingga wajah Zi muncul di layar dengan lambaian tangan dan senyum lebar.
"Duh pasti belum mandi nih anak." Sapa Gre tertahan, dia berbicara dalam hati lebih dulu.
"Katanya minta dijemput depan gang!" Seru Zi dengan wajah baik-baik saja.
"Alah, chat dari pagi aja belum dibalas."

Bersabarlah, itu anjuran penting yang harus dilakukan jika sudah mengatur main dengan Zi, Gre bahkan memberi julukan "Ratu Ngaret Kedua" untuk Zi dan jangan coba-coba marah dengan segala tingkahnya, Zi juga mendapat julukan "Si Tidak Peka".

Gre duduk di sofa mengatur napas yang masih sedikit terengah-engah sambil melepas topi yang dikenakannya, Zi sudah kembali dengan segelas jus buah segar.
Ini kali pertamanya lagi Gre ke rumah Zi setelah sekian lama. Tidak memberi kesan yang membuat dirinya terlihat sudah berubah, Zi masih sama, lupa waktu yang mereka tentukan sudah molor jauh, belum lagi satu dua peristiwa yang semakin membuat larut, mereka akhirnya sampai di tempat yang diinginkan di waktu senja.

Zi dan Gre terpaksa memilih saung nomor 13, setelah melihat semua saung yang diinginkan sudah terisi orang lain. Tidak berapa lama meja kecil dihadapannya sudah penuh dengan semua menu yang mereka pesan, tetap ada gelak tawa ditengah percakapan serius yang sudah dibahas sebelumnya via chat.

"Aku di unfoll sama Tya." Beritahu Gre
"Hah? Kenapa ya? Coba liat profilnya."
"Gak tau, aku unfoll balik, akunnya di privasi, mereka udah lama jadian?"
"Baru sekitar 8 bulan."
"Hubungan kamu sama Ka baik-baik aja kan?"
"Baik, cuma terakhir chat ngajak ketemu gak dibalas lagi. Sedikit tersendat karena awal tahun sudah mulai jarang komunikasi, mau baca arsip chatnya?"

Gelato yang dipesan separuh cair, sebaliknya roti bakar belum habis separuh, segitu-gitu saja hanya berkurang sedikit dari porsi utuh, kondisi perut mereka memang sudah sangat kenyang saat sampai ditempat ini, hanya cup kopi dan unicorn yang sudah hampir habis. Percakapan kali ini lebih membutuhkan pelepas dahaga.

Gre hanya membaca setahun belakangan saja isi chat Zi dan Ka.
"Benar-benar deh, gak sepeka itu kamu jadi orang." Ucap Gre di beberapa scrolling kolom chatting. "Ya ampun, ini manis banget, aku aja baper." Gre menatap Zi heran.
"Bagian mana sih?." Yang ditatap balik heran, salah tingkah ketika Gre menunjukkan, lalu terdiam.
"Jadi mau gimana?" Tanya Gre
"Gak tau, bingung. Menurut kamu?"
"Ya katakan aja kalo emang itu akan membuat lega, tapi ada yang perlu kita cari tahu dulu."
"Apa?." Jawab Zi singkat
"Udah sejauh mana hubungan mereka, maksudnya coba liat ini." Gre menunjukkan instagram milik Tya meski diprivasi setidaknya foto profilnya jelas terlihat, "Liat backdrop profilnya." Tekan Gre agar paham maksud arahnya kemana.
"Pastiin kalo mereka belum tunangan?." Tanya Zi sambil menahan banyak perasaan setelah menyadari apa yang baru saja dilihatnya.
"Iya, kamu boleh mengungkapkan semua perasaan kamu ke Ka jika memang mereka belum tunangan, tapi kalo udah kita berhenti sampai sini."
"Gimana caranya?"
"Aku akan coba buat status, bertanya siapa tahu ternyata temanku ada yang satu kantor dengan Ka."

***
Dua hari setelah pertemuan itu, ide Gre menghasilkan setengah jawaban, meski hanya mendapat detail letak lantai dan alamat kantornya Ka saja.
"Zi, Nay juga di unfoll Tya." Gre mengawali chat hari ini.
"Hah? Kenapa ya? Mungkin bisa cari tahu dulu siapa aja yang diunfoll, kenapa ya serajin itu unfoll orang-orang tertentu"
"Gausah, fokus ke Ka aja, atau kita langsung tanya ke Ata aja?."
"Yakin gak Gre?."
"Ini dia, kalo misal Ata jawab tapi dia ngasih tau ke salah satu gimana? Aku sih mikirin ke kamu nya."
"Kalo Ata ngasih tau ke Ka jatuhnya lebih bijak gak sih, mengingat Ata satu genk sama Ka dan Tya."
"Dah lah gemes kudu harus segera diselesaikan. Nanya Ata aja nih ya"
"Mmm, yasudah, gapapa, Bismillah. Aku tau kamu harus mulai dan mengakhiri percakapan sampai mana sama Ata."

Belum genap satu menit, Gre sudah mendapatkan jawaban dari Ata, jawaban yang bahkan membuat Gre gemetar.
"Telpon Ka sekarang! bilang sekarag! Gak usah ketemu, cepet Zi!." Perintah Gre panik.
"Hah?" Jawab Zi bingung.
"Malam ini juga."
"Kenapa gitu?."
"Cepetan."
"Gre tapi aku belum siap. Ini ada apa? Kenapa?"
"Harus siap, malam ini atau nggak sama sekali Zi."
"Udah lamaran ya? Tapi yang lain masih bangun. Aku pasti bakal nangis."
Zi lupa bahwa Gre tidak mengizinkan itu terjadi jika memang Ka dan Tya sudah tunangan.
"Keluar sebentar, cuma malam ini waktunya."
"Kenapa? Ada apa? Ata bilang apa?, Ka online tapi gak diangkat, dia chat "Kenapa Zi?".
Karena paniknya Gre dengan waktu yang sudah mepet sekali, Gre akhirnya menghubungi Zi via telepon. Jam menunjukkan pukul 22.10.
"Mereka lamaran besok." Gre akhirnya mengatakan itu setelah mencoba menahan, bermaksud agar Zi bertindak cepat tanpa tahu itu lebih dulu, Gre tahu hati Zi tentu tidak akan baik-baik saja mendengar ini.
"HAH? Yaudah oke sebentar aku cari alasan buat keluar rumah dulu."
Gre menutup telpon dan melanjutkan kembali percakapan mereka via chat, sementara Zi sudah siap untuk pergi keluar.
" Iya aku juga pantau, bilang mau ngomong sebentar, akhiri dengan baik, jangan lupa doain dia juga. Balik lagi tujuan awal cuma mau mengutarakan biar lega aja kan."
"Iya Gre. Aku udah nahan. Bisa gak ya aku ngomongnya?."
"Semangat ya.... Bisa, Bismillah. Coba telpon lagi sampe diangkat."
"Udah 2 kali gak diangkat, coba sekali lagi. Kalo gak diangkat juga berarti dia emang mau aku tau diri."
"Ketemu gak bisa waktunya mepet sekali, telpon juga gak bisa, oke tinggal satu cara, chat."
"Gre, aku udah nangis. Ah. Aku gemeteran."

Assalamu'alaikum Ka. Maaf kalo aku ganggu waktunya. Mungkin kamu risih banget karena aku.
Sebelumnya aku cuma mau pastiin sesuatu yang selama ini terus menerus muncul di pikiran. Semenjak terakhir kali kita deket. Sekitar Januari 2019.
Mungkin aku orang terakhir yang tau hubungan kamu sama Tya. Semoga aku gak di waktu yang salah karena setelah lebih dari satu tahun mengusik hubungan kamu. Semoga aku bilang ini sebelum kamu punya ikatan yang lebih serius baik itu ikatan pernikahan ataupun pertunangan. Tapi kalau emang aku ada di waktu yg salah, aku minta maaf dan kamu cukup baca sampai kalimat ini. Jangan diterusin.
Aku cuma gak mau ada penyesalan nantinya karna aku gak dapet jawaban yang mungkin sampe mati.
Setelah selesai kuliah, aku sering pergi main sama kamu. Aku gak tau apa yang aku rasain. Sekedar senang karena punya kamu sebagai teman yang selalu dengerin semua curhatan aku terutama kisah cinta aku sebelumnya. Setiap kamu ngajak nonton, ngajak kulineran, atau apapun aku semangat. Setiap kamu bilang kangen, aku seneng. Rasa itu yang selalu bikin aku bingung. Aku berpikir apa aku nyaman karena punya teman laki-laki yang baik yang selalu jadi pendengar setia pengganti Fat. Atau aku sekedar senang karena kebebasan yang aku punya dirayakan dengan teman.
Aku tau ini telat. Telat banget. Tapi aku mau bilang kalo aku kangen juga sama kamu.
Aku munafik karena menolak perasaan aku sendiri. Alih alih karena takut kamu cuma main-main, kamu cuma nyakitin sama kayak Cio.
Tapi aku butuh action. Aku gak tau ini bener atau aku cuma kepedean terus baper sama becandaan kamu. Aku setiap waktu nunggu kamu bilang "mau gak jadi pacar aku?"
Tapi sampai kita berakhir tanpa aba-aba. Aku mungkin sadar kalo cuma aku yang punya perasaan.
Tapi kalo emang kamu punya perasaan yang seperti orang bilang, kamu gak bilang dengan serius dan nembak aku?
Kalo emang kamu punya perasaan kenapa tiba-tiba aku kayak ditinggal tanpa say good bye.
Atau kamu begitu karena ada yang salah sama aku?
Aku selalu berpikir mungkin kamu tiba-tiba hilang karena aku gak setara sama kamu.
Gak setara dalam hal pekerjaan?
Gak setara dalam hal gaya hidup?
Atau apa?
Karena setelah aku pikir setiap hari sampai sekarang, terakhir kali kamu nganterin aku balik. Aku nunjukin rumah aku yang jelek yang di kampung. Bukan rumah di sebuah perumahan. Dan itu yang buat aku gak pantes?
Atau karena hobi yang berbeda?
Aku butuh jawaban kenapa kamu tiba-tiba tanpa aba-aba begitu?

Zi masih berada diluar rumah, dia berhenti dekat taman perumahan terdekat, air matanya sudah membasahi pipi selama 5 menit, Gre hanya bisa menemani via chat, menyesali karena tidak bisa disamping Zi disaat seperti ini, menyesali cerita yang baru di dengar beberapa hari lalu dan misi membantu, tidak bertindak selama 2 hari, berakhir terlambat.

Sekitar 20 menit berlalu, ungkapan Zi tidak mendapat balasan, meski selama itu juga room chat Ka berstatus "online". Hanya beberapa menit lagi hari berganti, Zi akhirnya beranjak kembali ke rumah.

"Kabar itu sampai juga malam ini Ka, aku yang beberapa bulan ini nyoba buat mulai tapi ke tahan sama berbagai macam pikiran yang ada di otak, kaget, gemeteran, nangis karena benar-benar udah telat banget, tapi aku tetap mau menyampaikan ini sebelum hubungan yang seserius itu terjadi, karena sadar aku bakal jahat banget sampe kalo ungkapan semua ini merusak hubungan kamu, ini biar aku lega aja. Ka, semoga apa yang kamu pilih tepat. Lancar buat semua yang udah kamu persiapkan, aku berdoa yang terbaik buat kamu. Dan doakan aku juga supaya bisa bangkit secepatnya. Terima kasih sekian tahun ada di sisi aku, mendengarkan semua celotehan aku, melihat semua keanehan aku, dan kejelekan aku. Setelah ini aku gak akan hubungin kamu lagi kok. Aku mawas diri. Aku cuma nungguin jawaban secepatnya. Gapapa kan? Biar aku juga bisa secepatnya ikhlas, melupakan, dan siap menjalani hidup dengan orang lain nantinya tanpa ada urusan di masa lalu yg belum kelar.

"Keberanian ku muncul di menit terakhir. Burung terlambat memberi kabar bahwa setelah hari berganti, adalah harinya. Tapi terima kasih untukku. Aku membuat aku lega." Ucap Zi dipenghujung waktu.

Related Articles

0 komentar:

Post a Comment

Aku (Simu)

My photo
: Tuang kata, ukir makna, pena menari, acak akal, kaya-karya.

Comments