In CERPEN SAJAK

Gado-Gado Peterpan

GADO-GADO PETERPAN
            Letakan pena, menapak jalan beberapa langkah menuju ranjang kesayanganku. Berbaring diatasnya. Nyaman seketika, mataku terpejam ditemani terangnya lampu yang tepat berada dihadapanku, terlebih suara rintik hujan semakin membuatku memaksakan diri untuk tidur lebih awal.
            “Huhh… mau sampe kapan aku menggambarkan semua perasaan ini hanya lewat tulisan.” Ucapku sebelum mata ini terpejam
            Jam weker berbunyi, membangunkan ku yang lagi-lagi sedang bermimpi menonton langsung konser itu. Terlihat jam sudah menunjukan pukul 05:23:23. Aku bangun dari tempat tidurku. Perasaan malas dan kesal meliputi hatiku karena pagi ini mengembalikan ku kedalam nyata. Bergegas mengambil handuk lalu mandi.
            “Kita memahami yang sesungguhnya. Tanpa harus menjelaskan semua. Tanpa perdulikan kata mereka. Kita berjalan melawan dunia. Hanya bisa bicara. Mereka tak beri jawaban. Tak perlu dengar kata mereka. Teruslah berjalan. Tak perlu dengar kata mereka. Teruslah berjalan haaaa….” Senandungku saat berada didepan cermin. ~Melawan Dunia-Peterpan

Minggu yang cerah, lihat matahari pagi masih memberikan senyum semangatnya. Seperti tak akan ada lagi kata keluhan “hujan mulu” hari ini setelah beberapa hari kemarin kota kami sering dilanda hujan. Dedaunan disekitar yang basah karena hujan semalam pun mulai mengering ditimpa teriknya sang matahari.
Trit ! trit ! trit ! sms masuk. Pagi-pagi begini siapa yang sms? Tanyaku dalam hati dan bergegas melihat layar handphone ku. 1 pesan masuk dari Syarma.
            “Wa, hri ni da acra gak? Maen yuk… BT bgt ni dirmh doang”
Tanpa pikir panjang aku langsung menekan tombol reply.
            “Gak ada sih, tapi aku lagi males keluar. Aku kemarin abis beli majalah yang ada peterpan nya jadi hari ini aku mau melanjutkan file khusus peterpan itu. Maaf ya…”
Melesat cepat message itu terkirim oleh satelit. Tak lama handphone ku kembali berdering.
            “Msih ajh peterpan! Udh bubar kli tuh band. Kya ga da band lain ajh. Msih krenan band aku “PINK”.”
Lagi-lagi diledek. Lagi-lagi bikin kesel. Huaaaa masih pagi ada ajah yang bikin mood ilang. Salah kalau aku suka band itu. Ini hidup aku, terserah aku, terserah aku mau suka sama apa selagi itu baik. Aku gak pernah menghina band yang mereka suka. Tapi kenapa aku? Hah, sudahlah….
Jelang makan siang aku sudah menyiapkan semuanya, mungkin hari ini tak akan lama. Lihat file ini sudah hampir penuh oleh kekreatifan tanganku. Perut berbunyi. Sebentar. Aku akan beresakan hal ini dimeja makan. Sudah terlalu lapar.
            “Sendiri lagi sendiri lagi makan dirumah, padahal ini hari minggu. Hah, sudahlah…. Mereka terlalu sibuk”
            Usai mengisi kekosongan perut. Kini saatnya tangan dan otakku beraksi. Tidak usah dipaksakan, hanya demi band favoritku ini otak ini lebih cepat bekerja. Mudah. Berfikir. Lakukan. Selesai.
            “Hmm…. Ada yang kurang kalo isi file ini hanya photo-photo, pin, lagu-lagu, dan biodata tentang mereka. AHA gimana kalau aku bikin cerita singkat yang terdiri dari judul lagu mereka ya.” Seperti biasa ide cemerlang muncul
Sigap. Langsung membuka file dibagian lagu-lagu, menghitung lembar demi lembar berapa banyak judul lagu yang ada dan bisa ku satukan dalam sebuah cerita singkat. 1,2,3,4,5…………31 judul. Berfikir. Berfikir. Cerita tentang apa yang akan aku buat? AHA. Pena ku mulai bekerja, teliti agar tak ada satupun judul lagu yang tertinggal yang sudah kutulis beruntun. Menceklist satu demi satu lagu, menulis, hingga selesai.
Ting tong, ting tong. “Nashwa, buka pintunya dong”
            “Sebentar, siapa?” aku berlari kecil menuju pintu utama dan membukanya
            “Heyy” ucap seseorang dihadapanku.
            “Syarma? Kok? K….” kalimatku terpotong
            “Maaf ya ganggu, tadi pagi sms aku kenapa gak dibales lagi? Kamu marah? Kamu mah terlalu sensi kalo tentang band itu.”
            “Ya gimana gak sensi, pasti band yang aku suka selalu diledekin kan sama kalian, sekali dua kali okey. Tapi ini? Hah sudahlah….”
            “Ya tapi itu kan fak….. Eh yaudahlah gak usah dibahas lagi. Lagian kan kita kalo ngebahas ini sambil bercanda. Okeh. Okeh. Aku minta maaf, kejam juga ya kita mati-matian ngeledekin band favorit kamu. Tapi kamu gak sepatah kata pun membalas band favorit kita. Dimaafin ga? Boleh masuk gak nih?”
            “Gak usah terlau lebay lah, ya meskipun bercandaan kalian gak asyik! Yuk masuk, kekamar ajah ya dan kamu harus liat itu”
            “Ihh Nashwaaaa ngajak kekamar? Waw haha”
            “Mulai deh… oiya anak-anak yang lain pada kemana? Tumben gak ikut”
            “Ini kan minggu ke-2, biasa si Candy nemenin nyokapnya belanja, Resty sibuk jadi panitia buat acara besok, Nah kalo si Shaha ikut Om nya ke Bandung baru balik nanti malem.”
            “Oh.. Nih baca deh, kamu kan pembaca setia tulisan aku. Keren gak?”
            “Gado-gado Peterpan? Sejak kapan peterpan buka usaha gado-gado? Haha”
            “Yeee… nih anak. Udah baca dulu.”

Aku ingin hanya Sally Sendiri yang mencari ku karena ku tahu jauh didalam hatinya hanya aku, biarkan ia terbang Jauh Mimpi dengan keinginanmu. Menemui dan memeluk Di Belakangku. Sendiri berselimutkan diri Dibalik Awan penuh harapan kita akan kembali bersama, entah esok atau Mungkin Nanti. Selain di Taman Langit dulu, masih banyak tempat yang ‘kan kita kunjungi seperti Bintang Di Surga. Mungkinkah kamu lagi bersama Ayah mu di Hari yang Cerah untuk Jiwa yang Sepi ini. Sudah ku lupakan Semua Tentang Kita merangkai mimpi dengan Khayalan tingkat Tinggi. Untukmu aku bernyanyi walau hanya dalam Mimpi Yang Sempurna. Namun tak seindah dulu saat Kita Tertawa bersama. Masihkah kau merasa angkuh dengan anganku walaupun Langit Tak Mendengar dan aku akan terjatuh. Salah satu teman ku memberikan hadiah sebuah mobil dengan plat 2DSD. Dan Hilang semua harapan ku memakai Topeng dan menaiki mobil itu. Kau yakin ku ingin Menghapus Jejakmu tapi itu semua hanya pikiranmu yang harusnya patut kamu sadari. Sebenarnya Ada Apa Denganmu ?. Ku ingin menatap mentari yang sedang Menunggu Pagi memancarkan cahaya yang ingin mengeringkan dedaunan yang dibasahi embun pagi Ku Katakan Dengan Indah dan ku biarkan rasa yang berbeda karena semua itu dihiasi dengan Kupu-Kupu Malam yang berterbangan. Semua Diatas Normal mereka datang bekerja bertaruh jiwa raga dan hanya Masa Lalu yang Tertinggal. Dicelah bumi mencari arti hidup ini yang terus Membebaniku, bantu aku tuk Menunggumu. Mungkinkah ku bertanya apa arti kita pada bintang-bintang malam. Dan aku tersadar bahwa pada malam itu hanya Aku dan Bintang hilangkan rasa gelap, hatiku tenang namun ku tetap memikirkanmu. Ku berharap kau temukan sisa hatiku, Tak Bisakah kau menjadi Satu Hati ku Yang Terdalam. Dan akhirnya kamu hanya menjadi Sahabatku.
           
“Jlebb banget, kok bisa sih? Keren keren. Terus ini bakal kamu apain?”
            “Ya buat pelengkap file peterpan lah, mau diapain lagi coba.’
            “Kok gitu sih? Harusnya nih ya kamu kirim ke basecamp mereka, biar mereka baca dan nilai sendiri, sayang kan kalo kamu cape-cape bikin file terOKE ini tapi mereka gak pernah tau”
            Gak deh, aku gak terlalu PD kalau ketemu mereka langsung, mau aku kirim tapi suka parno sendiri takut gak nyampe ke tangan mereka lah, takut ada yang copy terus ngaku-ngaku penulis asli cerita ini kan bahaya, udah sedih ngebayanginnya. Mending disimpan rapi ajah.”
            “Ya tapi kan ini bisa jadi kesempatan besar kamu ketemu mereka atau mungkin mereka bakal ngasih sesuatu. Kamu ini kan SP setia mereka. Tapi nyesek juga sih kalo sampe ada yang ngaku-ngaku tulisan ini. Terserah kamu deh mau diapain nih cerita semoga gak salah ambil tindakan.”
Sekejap mulut bisa berbicara seperti itu. Tapi sedetik semenit sejam besok lusa lusa lusa dan lusa lusa yang lainnya pasti akan berubah pikiran lagi…. Hmmm suasana hati~~
Hari mulai menjelang petang, tapi sinar matahari masih terasa hangat menyentuh kulit. Keluhan kembali terdengar “panas bangettt”. Lihat, pantaskah kita meraung mengeluh atas semua ini. Matahari masih senang menyinari pagi. Bulan masih menyambut gelapnya malam. Air masih mengalir dibumi ini. Harusnya kita mensyukuri, bukan mencaci maki menagih janji.
***
            Tak ada kata yang indah untuk dirangkai hari ini. Meskipun setiap hari itu indah. Seperti malam ini. Aku berdiri dibalik bingkai jendela kamarku, angin menelisik lembut disela-sela telingaku, rambut ku dibuat lembut bergoyang oleh hembusannya. File ini… aku memegangnya, membolak-balik lembut lembar halamannya, tersenyum melihat keisengan tanganku yang berakhir indah.
            “Seandainya mereka tahu…..” Ucapku pelan hilang terbawa angin
Tertawa. Sedikit aneh memang saat kembali mengingat masa-masa itu. Marah ketika peterpan dihina, semangat jika melihat photo mereka, sibuk memaksa meminta jika ketemu orang membawa majalah tentangnya. Meski hanya gambar berukuran 4x6, membeli apapun tentangnya. Namun hanya satu tiket konser mereka urung ku membelinya. Setia menonton dibalik layar tv sampai tengah malam. Tapi pasti ada yang lebih parah dari ku. Mungkin merekalah yang sampai saat ini beruntung bisa bertemu. Berharap diakhir kesabaranku akan membuahkan hasil manis.
            “Ku tulis kata demi kata, aku tak jua lupakan suara, wajah, dan semangatmu. Pejaman mata tak hilangkan dirimu dibenakku “Peterpan” itulah nama band favoritku. Lagu-lagu mu telah membuat ku terpaku, khayalan dan keisingan yang membuatku bisa membuat cerita tentangmu. Aku memang tak mungkin bisa menemui mu karena aku jauh dari kehidupanmu dan aku hanyalah fans beratmu.” Tertulis ini dalam salah satu lembar sebuah diary ku malam ini.

Related Articles

0 komentar:

Post a Comment

Aku (Simu)

My photo
: Tuang kata, ukir makna, pena menari, acak akal, kaya-karya.

Comments